- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Harga Batu Bara Ambles, Pendapatan Adaro Andalan (AADI) Ikut Terperosok

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) telah mengumumkan laporan keuangan konsolidasi untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024. Sepanjang periode ini, AADI membukukan laba inti sebesar $1.044 juta dan EBITDA operasional sebesar $1.315 juta, dengan margin EBITDA operasional tetap solid di angka 25%.
Volume penjualan mengalami kenaikan 7% menjadi 68,06 juta ton, terdiri dari 65,85 juta ton batu bara termal dan 2,21 juta ton batu bara metalurgi. Peningkatan ini berhasil melampaui target volume penjualan batu bara termal yang sebelumnya dipatok pada kisaran 61–62 juta ton.
Namun, akibat harga batu bara yang melemah, pendapatan perusahaan turun 10% menjadi $5.320 juta, seiring dengan penurunan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 17%.
Baca Juga: Pendapatan Adaro Minerals (ADMR) Tetap Tumbuh di Tengah Fluktuasi Harga Batu Bara
Presiden Direktur dan CEO AADI, Julius Aslan, menyampaikan, "Penurunan EBITDA operasional pada FY24 terutama diakibatkan oleh melemahnya harga batu bara dunia, suatu kondisi yang tidak dapat kami kendalikan karena batu bara adalah komoditas yang bergerak mengikuti siklus. Namun, rekam jejak kami yang solid dalam mengarungi siklus batu bara adalah bukti resiliensi serta keahlian kami di sektor ini."
Sejalan dengan strategi investasi, belanja modal meningkat 36% menjadi $370 juta yang digunakan untuk pengembangan PT Kaltara Power Indonesia (KPI), pembelian tongkang untuk PT Adaro Logistics dan anak-anak perusahaannya, serta penguatan infrastruktur rantai pasokan.
Di tengah penurunanpendapatan, beban pokok pendapatan juga berhasil ditekan hingga 8% menjadi $3.854 juta, terutama karena penurunan biaya royalti kepada pemerintah yang dibayarkan PT Adaro Indonesia akibat melemahnya ASP.
Pengupasan lapisan penutup naik 7% menjadi 286,01 juta bcm dengan nisbah kupas 4,35x, selaras dengan kenaikan biaya penambangan sebesar 3%. Beban usaha relatif stabil di angka $316 juta dibandingkan $312 juta pada tahun sebelumnya.
Baca Juga: Harga Batu Bara Acuan Ditetapkan! Perusahaan yang Melanggar Siap-Siap Bayar Mahal
Dari sisi kewajiban kepada pemerintah, royalti turun 22% menjadi $1.020 juta, sementara beban pajak penghasilan juga berkurang 22% menjadi $213 juta.
Laba bersih yang diperoleh selama periode ini mencapai $1.327 juta, mencerminkan ketahanan bisnis AADI dalam menghadapi fluktuasi harga batu bara global. Sementara itu, total aset perusahaan per akhir 2024 turun 15% menjadi $5.993 juta, dengan saldo kas menyusut 40% menjadi $1.519 juta.
Aset lancar juga mengalami penurunan 32% menjadi $2.214 juta, sementara aset tidak lancar sedikit berkurang menjadi $3.779 juta akibat turunnya investasi pada entitas asosiasi dan pinjaman tidak lancar kepada pihak berelasi.
Baca Juga: Hilirisasi Batu Bara Didanai Danantara, Proyek DME Jadi Prioritas
Total liabilitas per akhir 2024 tercatat meningkat 16% menjadi $2.629 juta, sedangkan modal pemegang saham turun 30% y-o-y menjadi $3.363 juta, terutama akibat berkurangnya saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. AADI juga masih memiliki akses terhadap fasilitas pinjaman yang belum digunakan sebesar $587 juta dari berbagai sumber pinjaman.
Untuk tahun 2025, AADI menargetkan volume penjualan batu bara termal di kisaran 65–67 juta ton dengan nisbah kupas yang tetap stabil di angka 4,3x. Belanja modal juga diproyeksikan berada dalam rentang $250 juta hingga $300 juta, menandakan komitmen perusahaan dalam mempertahankan kinerja operasionalnya di tengah tantangan industri batu bara global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement