- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
HBA Buat Importir China Pikir Ulang Beli Batu Bara RI, Kementerian ESDM Tak Mau Ambil Pusing
Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Penetapan Harga Batu Bara Acuan (HBA) sebagai standar beli global untuk batu bara asal Indonesia memicu pro dan kontra di pasar internasional.
Sejumlah pembeli, termasuk perusahaan-perusahaan di China, meminta negosiasi ulang kontrak jual beli batu bara dengan pemasok RI.
Melansir Bloomberg.com (28/02/2025), beberapa importir keberatan membayar harga lebih tinggi dibandingkan pemasok lain yang menawarkan harga lebih murah.
Sebagai contoh, HBA bulan Februari untuk batu bara berkualitas tinggi Indonesia ditetapkan sebesar US$124,24 per ton, lebih mahal dibandingkan kontrak berjangka batu bara Newcastle Australia yang rata-rata hanya US$105 per ton dan sempat turun ke US$102,40 per ton di ICE Futures Europe.
Baca Juga: Berlaku 1 Maret, Batu Bara RI Wajib Dijual Pakai HBA!
Menanggapi reaksi pasar global, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menerangkan bahwa kebjakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah tetap harus di jalankan. Apa lagi ini merupakan cara yang diusung untuk melindungi harga batu-bara RI yang merupakan salah satu penyumbang terbesar kebutuhan global.
”Kalau protes itu kan biasa. Iya kan kita biasa menghadapi protes. Tapi tetap ini kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah itu diimplementasikan,” ujarnya di Kementerian ESDM, Jumat (06/03/2025).
Sementara itu, Direktur PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Yulius Gozali menjelaskan, sejak regulasi HBA diresmikan, per 1 Maret invoice penjualan batu-bara telah mengacu pada HBA.
Namun, kebijakan ini memicu respons negatif dari beberapa pembeli luar negeri. Dari informasi yang diperoleh Warta Ekonomi, beberapa importir asing mulai mengalihkan pasokan batu bara mereka ke Australia sebagai alternatif yang lebih menguntungkan.
Baca Juga: Ekspor Batu Bara Kini Wajib Pakai HBA, Bos ITMG Beberkan Dampaknya
"Namun kalau kita lihat dari sisi suplier atau mungkin sisi pembeli tentu saja mereka tidak puas karena kan otomatis harga beli mereka lebih tinggi," ucapnya dalam media briefing di Jakarta, Senin (3/3/2025).
ITMG pun tengah melakukan negosiasi ulang dengan para pembeli, termasuk menyesuaikan ulang syarat dan ketentuan kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
"Nah ini yang mungkin saat ini sedang didiskusikan kembali dengan pelanggan.Ya memang ada beberapa yang harus terpaksa merubah term and condition daripada kontraknya itu sendiri. Tapi saya tidak bisa berkomentar lebih lanjut seberapa impact-nya," tutup Yulius.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement