Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investor Bimbang, Wall Street Terus Dibebani Inkonsistensi Trump

Investor Bimbang, Wall Street Terus Dibebani Inkonsistensi Trump Kredit Foto: Reuters/Lucas Jackson
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) kembali anjlok dalam perdagangan di Selasa (11/3). Pasar diliputi kekhawatiran soal ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat.

Dilansir dari CNBC International, Rabu (12/3), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dalam Wall Street. Semua indeks kompak mengalami koreksi akibat kebijakan tarif:

  • Dow Jones Industrial Average (DJIA): Turun 1,14% ke level 41.433,48.
  • S&P 500 (SPX): Turun 0,75% ke level 5.572,07.
  • Nasdaq (IXIC): Turun 0,18% ke level 17.436,1.

Ahli Strategi Investasi Baird, Ross Mayfield mengatakan bahwa pasar diguncang oleh ketidakpastian implementasi kebijakan tarif yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Trump baru-baru ini membuat pasar panik dengan mengumumkan bahwa tarif impor baja dan aluminium naik dua kali lipat dari 25% menjadi 50% untuk Kanada. 

Namun keputusan tersebut tetiba berubah kembali usai adanya pernyataan dari Penasihat Dagang Trump, Peter Navarro. Ia .mengatakan kenaikan tarif ke 50% tidak akan terjadi, tetapi tarif 25% tetap diberlakukan untuk Kanada.

Kebijakan tarif yang tidak konsisten ini mengguncang pasar dan membuat pelaku usaha khawatir terhadap prospek ekonomi dari Amerika Serikat. Dalam tiga minggu terakhir, sentimen pasar memang sudah terganggu oleh kebijakan perdagangan yang serampangan dari Trump.

“Kita melihat bahwa pemerintahan saat ini memiliki toleransi tinggi terhadap gejolak ekonomi demi tujuan perdagangan yang tidak sepenuhnya bersifat ekonomi,” kata Ross Mayfield.

Trump sendiri nampaknya tidak peduli dengan gejolak yang terjadi dalam pasar saham. Ia bahkan mengatakan bahwa kekhawatiran terkait dengan resesi sampai perlambatan ekonomi hanyalah omong kosong belaka dari pebisnis.

Ross Mayfield menyebut bahwa resesi masih jauh dari realisasi namun perlambatan ekonomi besar kemungkinan akan terjadi di Amerika Serikat.

“Saya masih yakin kita belum di ambang resesi, tapi mungkin akan mengalami perlambatan ekonomi yang cukup signifikan,” ungkap Ross Mayfield.

Kini, investor menunggu data inflasi terbaru dari Amerika Serikat. Data tersebut akan menjadi acuan utama pasar dalam melihat arah kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed).

Baca Juga: Efek Tarif Amerika Serikat, Prospek Indah Harga Emas Menyusul Lonjakan Permintaan Safe-haven

“Indeks Harga Konsumen (CPI) ini krusial. Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, bank sentral bisa saja menunda pemangkasan suku bunga yang diharapkan pasar,” ujar Mayfield.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: