
Raksasa Mobil Premium Jerman, Bayerische Motoren Werke AG (BMW) bersiap menghadapi tekanan menyusul saling lempar kebijakan tarif yang dilakukan oleh China dan Amerika Serikat.
Chief Financial Officer (CFO) BMW, Walter Mertl mengatakan bahwa pihaknya tengah berupaya mengantisipasi efek kebijakan tarif yang akan mempengaruhi laporan kinerja untuk 2025.
Baca Juga: Sengketa M6, BMW Sesalkan BYD Tak Hadir di Sidang
"Jika situasinya berubah, maka proyeksi kami juga akan menyesuaikan," ujar Walter Mertl, dilansir dari Reuters, Minggu (16/3).
Ia memperkirakan akan mengalami kerugian hingga €1 miliar (US$1,09 miliar) pada tahun ini akibat tarif perdagangan baru yang diberlakukan oleh China, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
BMW juga memperkirakan bahwa kebijakan tarif akan membuat margin laba segmen mobilnya hanya akan berada dalam kisaran 5-7% di 2025.
Baca Juga: BMW Gugat BYD, 'Nanti Timbulkan Kebingungan di Masyarakat'
Meski demikian, perusahaan tersebut berharap bahwa kebijakan tarif tidak akan bertahan sepanjang tahun menyusul sejumlah upaya dan potensi negosiasi perdagangan tarif yang masih terbuka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement