Di Balik Rekor Baru Harga Emas, Pasar Khawatir Dolar Bisa Jadi Senjata Trump

Mayoritas harga logam mulia cenderung stabil, berbeda dengan harga emas yang mencetak rekor tertinggi dalam perdagangan di Jumat (14/3). Pasar emas mengalami euforia menyusul menguatnya ketidakpastian akibat ulah dari Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari CNBC International, Senin (17/3), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas logam mulia utama dunia. Harga emas akhirnya tembus angka psikologis dari US$3.000:
- Emas spot: Naik hingga mencapai angka dari US$3,004.86 per ounce.
- Emas berjangka AS: Naik 0,3% ke US$3.001,1 per ounce.
- Perak spot: Stabil dalam kisaran US$33.80 per ounce.
- Platinum: Naik 0,1% ke US$995.20 per ounce.
- Palladium: Naik 0,6% ke US$963.76 per ounce.
Senior Strategis Komoditas BNP Paribas, David Wilson menyebut bahwa pasar emas menguat menyusul kenaikan permintaan terhadap aset aman akibat ketidakpastian yang semakin kuat menyusul sejumlah langkah dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Langkah geopolitik hingga ancaman kebijakan tarif yang sulit diprediksi oleh pasar membuat investor berlomba-lomba memilih untuk menanamkan modalnya ke dalam aset yang bisa melindungi nilai investasi mereka untuk sementara waktu.
“Serangkaian ancaman tarif serta pergeseran hubungan internasional menambah lapisan ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik. Ini memberikan dorongan signifikan bagi emas,” kata David Wilson.
Baca Juga: Trump: General Motors (GM) Bakal Investasi US$60 Miliar di Amerika Serikat
Adapun sejumlah bank sentral dunia juga terlihat menambah cadangan emas mereka sebagai alternatif dolar dari Amerika Serikat. Hal ini tidak terlepas dari kekhawatiran bahwa dolar akan digunakan sebagai senjata oleh Trump.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement