Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebangkitan Bursa Asia Diancam Eskalasi Perang Dagang China-AS

Kebangkitan Bursa Asia Diancam Eskalasi Perang Dagang China-AS Kredit Foto: AP Photo/Andy Wong
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia akhirnya bangkit usai dihantam efek kebijakan tarif dalam perdagangan di Selasa (8/4). Meski demikian, kenaikan ini diperkirakan tak akan lama menyusul eskalasi perang tarif dari China-Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Rabu (9/4), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Semua indeks tercatat menguat secara signifikan:

  • Hang Seng (Hong Kong): Naik 1,51% ke 20.127,68.
  • CSI 300 (China): Naik 1,71% ke 3.650,76.
  • Shanghai Composite (China): Naik 1,58% ke 3.145,55.
  • Nikkei 225 (Jepang): Naik 6,03% ke 33.012,58.
  • Topix (Jepang): Naik 6,26% ke 2.432,02.
  • Kospi (Korea Selatan): Naik 0,26% ke 2.334,23.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 1,1% ke 658,45.

Manajer Portofolio Senior GCI Asset Management, Takamasa Ikeda menyebut kenaikan bursa nampaknya terjadi menyusul spekulasi investor mengalami kebijakan tarif. Namun hal ini sepertinya tak akan bertahan lama karena eskalasi perang dagang dari China-AS.

“Investor membeli kembali saham karena menganggap valuasi sudah terlalu murah. Mereka melihat tanda-tanda pemulihan pasar,” ujar Takamasa Ikeda.

Dari China, Central Huijin Investment mengumumkan bahwa mereka meningkatkan kepemilikan saham-saham domestik melalui exchange-traded funds (ETF). 

Beberapa perusahaan milik negara lainnya juga berjanji untuk menambah investasi saham, sementara banyak perusahaan tercatat mengumumkan rencana buyback saham guna mendukung harga pasar dari China.

Adapun Beijing juga mengumumkan bahwa pihaknya siap melawan hingga akhir kebijakan tarif yang terus dilempatkan oleh Trump.

Dari Jepang, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan bahwa ia telah menyampaikan kekecewaannya atas kebijakan tarif ke Trump. Ia menuntut sosok tersebut untuk meninjau ulang kebijakan proteksionis tersebut yang dinilai merugikan mitra dagang utama AS.

Dari Korea Selatan, Otoritas keuangan Korea Selatan mengumumkan akan memberikan dukungan likuiditas bagi perusahaan eksportir dan mitra kontraktor yang terdampak tarif baru. Regulator juga tengah mempersiapkan program stabilisasi pasar senilai ₩100 triliun (US$68,08 miliar).

Baca Juga: LPS: Reaksi Market Berlebihan, Saatnya Beli Saham

Bank Sentral Korea (BoK) juga mengatakan siap untuk mengambil langkah-langkah stabilisasi pasar jika diperlukan demi melindungi investor dari Korea Selatan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: