Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Bisa Masuk Angin, PTBA Waspadai Drama Dagang Dua Raksasa

Ekspor Bisa Masuk Angin, PTBA Waspadai Drama Dagang Dua Raksasa Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Situasi ekonomi global yang tidak stabil akibat perang dagang Amerika Serikat dan China berdampak langsung terhadap industri batu bara, termasuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA). 

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengatakan pihaknya mencermati serius gejolak ini karena berpotensi menghambat pertumbuhan permintaan batu bara global.

“Situasi ekonomi global saat ini memang sedang berada tidak dalam kondisi baik-baik saja, ya. Sudah terjadi ada beberapa yang yang tadinya ketidakpastian akan menjadi pasti. Seperti Trump menerapkan dengan yang perang tarif balas-membalas antara Amerika dan China juga terjadi, Indonesia juga akan mengenai dampaknya,” ucap Arsal dalam konferensi pers kinerja 2024 di Jakarta, Senin (14/4/2025).

Baca Juga: Harga Batu Bara Merosot, Laba PTBA Anjlok 19,63%

Arsal menambahkan, konflik geopolitik tersebut telah menimbulkan tarik ulur kebijakan perdagangan antarnegara yang berdampak pada Indonesia.

“Memang saat ini kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja. Ketegangan antara AS dan China sudah memunculkan berbagai reaksi, termasuk kebijakan tarik ulur perdagangan. Ini tentunya berdampak juga ke Indonesia,” ujarnya.

Pemerintah disebut telah mengambil langkah cepat melalui negosiasi dan kebijakan antisipatif. Di sisi lain, PTBA tetap mengandalkan pasar ekspor utama seperti China, India, Korea, dan Vietnam. Namun, perusahaan tetap waspada terhadap potensi perlambatan ekonomi di negara-negara tersebut.

“Kita masih ada khawatiran kalau seandainya kondisi ini terjadi menerus-menerus sehingga pertumbuhan ekonomi mereka menjadi lambat, pertumbuhan industri mereka menjadi melambat, ini akan mempengaruhi permintaan batu bara,” lanjut Arsal.

Baca Juga: Turun 16,41 Persen, Laba Emiten Tambang PTBA Terpangkas Jadi Rp5,1 Triliun di 2024

Meski China memiliki kapasitas produksi domestik hingga 5 miliar ton per tahun, mereka masih mengimpor sekitar 200–300 juta ton batu bara. Arsal menilai ini membuka peluang bagi PTBA.

“Karena di China itu dari utara sampai selatan membawanya itu kan ongkos angkutnya cukup tinggi, disinilah peran kami dalam melakukan konsolidasi tadi,” imbuhnya.

Terkait harga, Arsal menyebut tren batu bara yang sempat turun di bawah US$100 per ton kini mulai pulih. Jika harga bertahan di atas US$90, PTBA akan tetap menjaga ritme ekspor.

“Yang penting buat batu bara ini, mesti bisa ada peluang untuk dipakai oleh industri-industri yang ada di China, India, Korea, Vietnam... dan untuk sampai triwulan I, Alhamdulillah, kita masih bisa terjaga dan bisa memenuhi untuk permintaan dari kegiatan ekspor,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: