Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Harga emas dunia terus meroket dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan ini bukan hanya disebabkan oleh antrean pembelian emas secara ritel, tetapi karena pergeseran besar dalam portofolio cadangan devisa oleh bank sentral dunia, seperti Bank Sentral Cina dan Polandia, yang mulai mengalihkan asetnya ke emas.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, menjelaskan bahwa lonjakan harga emas terjadi akibat kombinasi penguatan dolar AS dan peningkatan signifikan permintaan emas global.
“Permintaan ini tidak datang dari individu, tapi dari institusi besar. Bank-bank sentral dunia sedang geser cadangan devisanya ke emas. Itu yang bikin indeks emas naik eksponensial,” ujarnya saat jumpa media di Jakarta, Kamis (17/04/2025).
Menurutnya, penguatan dolar juga menjadi faktor pendorong. “Setiap tahun, biasanya di kuartal II ada tren penguatan dolar karena banyak utang jatuh tempo, penarikan dividen, dan kebutuhan dolar meningkat. Ini mendorong harga emas ikut naik karena emas dihargai dalam dolar,” tambah Dilo.
Baca Juga: Harga Emas Melonjak, Bagaimana Dampaknya ke Saham Tambang?
Di sisi lain, Antam—anak usaha MIND ID—menghadapi tantangan dari sisi cadangan emas. “Life of mine Dia (Antam) di Pongkor tinggal 3-4 tahun. artinya kita memang harus ada organic growth nih dari sisi upstreamnya,” kata Dilo.
Sebagai solusi, MIND ID telah menyusun rencana untuk memperkuat aset hulu Antam dengan ekspansi tambang di berbagai wilayah prioritas, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. “Saya sudah punya prioritas lokasi, dan ada beberapa yang dalam tahun ini bisa dapat tambahan,” ungkapnya.
Meski demikian, ia belum merinci lokasi mana yang segera dikembangkan. “Saya belum bisa kasih tahu sekarang, tapi kami pastikan tahun ini ada penambahan cadangan,” katanya.
Baca Juga: Investor, Siap-Siap! Harga Emas Bakal Sentuh Rp2 juta
Dengan produksi emas nasional sekitar 130 ton per tahun dan konsumsi domestik yang tumbuh dari 70 ton menjadi 100 ton, Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain kunci di pasar emas global. Namun, gangguan pada sisi produksi membuat Indonesia masih bergantung pada impor emas.
MIND ID melihat pentingnya menjamin offtaker atau pembeli jangka panjang dalam pengembangan tambang emas. “Investasi di hulu harus didukung dengan kepastian offtaker. Ini menjadi kunci agar produksi nasional bisa memenuhi kebutuhan domestik tanpa tergantung impor,” jelas Dilo.
Dilo juga menyinggung kendala regulasi terkait izin usaha pertambangan (IUP) yang sempat dicabut, termasuk yang dimiliki Antam di Jawa Timur. “Kita punya data eksplorasi yang lengkap, tapi karena dianggap tidak ada kegiatan, izinnya sempat dicabut. Kami sudah ajukan permintaan pengembalian, dan prosesnya ada di ESDM dan BKPM,” kata Dilo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement