Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

RI Genjot Impor Energi dari AS: Porsi LPG Naik Jadi 85%, Minyak Mentah Tembus 40%

RI Genjot Impor Energi dari AS: Porsi LPG Naik Jadi 85%, Minyak Mentah Tembus 40% Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan secara signifikan porsi impor energi dari Amerika Serikat sebagai bagian dari strategi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Tak hanya mencakup LPG dan minyak mentah, impor dari AS juga akan diperluas hingga mencakup bahan bakar minyak (BBM).

Saat ini, sekitar 54% impor LPG Indonesia berasal dari AS, dan ke depan porsinya akan ditingkatkan menjadi 80–85%. Untuk minyak mentah (crude oil), kontribusinya masih sangat kecil, yakni di bawah 4%, namun pemerintah menargetkan kenaikan tajam hingga lebih dari 40%. Sementara itu, untuk BBM, Bahlil menyebut volumenya dari AS saat ini masih sangat minim, namun akan diperbesar secara signifikan, menunggu hasil pembahasan teknis bersama Pertamina.

“Salah satu strategi untuk menciptakan keseimbangan adalah kita membeli LPG, crude, dan BBM dari Amerika. Nilai (impor) nya untuk bisa memberikan keseimbangan terhadap neraca perdagangan kita,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Presiden, Jakarta, Kamis (18/4/2025).

Bahlil mengungkapkan bahwa catatan defisit neraca perdagangan RI dengan AS menurut data Amerika ternyata lebih besar dari data Badan Pusat Statistik (BPS), yang mencatat surplus Indonesia sebesar 14,5%.

Baca Juga: Trump: Kesepakatan TikTok Ditunda Gegara Perang Tarif China-AS

Realokasi impor dari ketiga jenis energi tersebut diperkirakan akan melebihi US$10 miliar. Namun, Bahlil menegaskan bahwa rencana ini tidak akan menambah kuota impor nasional maupun membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Ini kita switch aja, kita pindah aja (pembelian dari negara lain) ke Amerika, dan itu tidak membebani APBN serta tidak menambah kuota impor kita,” jelasnya.

Menurut Bahlil, perluasan impor energi ini juga merupakan langkah diplomatik untuk mendorong penurunan tarif ekspor Indonesia ke AS. “Kalau neraca perdagangan sudah seimbang, bahkan mungkin AS bisa surplus, ya harapannya tarif (impor) nya diturunkan dong,” ujarnya.

Baca Juga: Kompleksitas Fungsi Ekologis Kelapa Sawit

Baca Juga: Dampak Positif Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Nasional

Saat ini, perundingan perdagangan antara Indonesia dan AS tengah berlangsung, di mana pihak RI dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Istihanah

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: