Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Untuk mendongkrak pendapatan, pemerintah tengah mempertimbangkan peningkatan royalti bagi perusahaan pertambangan, termasuk komoditas seperti nikel (dari 10% menjadi 14-19% untuk bijih) dan tembaga.
Pasar kini menantikan pembaruan anggaran pada pertengahan tahun, yakni antara Juni hingga Juli untuk melihat apakah ada perbaikan dari sisi penerimaan, atau justru perlu langkah rasionalisasi belanja lebih lanjut.
Baca Juga: Antisipasi Tarif Dagang AS, RI Bentuk Satgas dan Siapkan Paket Ekonomi
Di tengah tekanan fiskal ini, harapan juga ditujukan pada peran badan investasi baru, Danantara. Badan ini telah menunjuk sejumlah nama besar di tingkat global ke dalam Dewan Penasihat, seperti mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio, dan ekonom terkemuka asal AS, Jeffrey Sachs.
Mereka akan langsung memberi masukan kepada Presiden Prabowo dalam upaya memperkuat kepercayaan terhadap strategi investasi badan tersebut.
Baca Juga: Sisi Lain Perang Dagang AS-Tiongkok, Bos Danantara Justru Liat Sebagai Jalan Emas bagi RI!
Sebagai catatan, Presiden Prabowo pada April lalu mengungkapkan bahwa Qatar telah menyatakan minat untuk berinvestasi sebesar USD2 miliar ke Danantara. Dana ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan awal badan tersebut yang memang cukup signifikan.
Meskipun tekanan terhadap fiskal 2025 tampak meningkat, pemerintah masih memperkirakan defisit tetap terjaga di bawah ambang batas -3% dari PDB. Untuk saat ini, belum ada rencana untuk meningkatkan penerbitan obligasi sepanjang tahun.
Namun, arah kebijakan ke depan akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi global, realisasi penerimaan, serta ketepatan pemerintah dalam mengeksekusi strategi fiskal yang adaptif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement