- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Pengeboran Geotermal Gagal 60%, PLN Optimis Capai Target Tambahan 5,1 GW

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa pengembangan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama dalam tahap exploration drilling atau pengeboran eksplorasi untuk mencari dan mengidentifikasi potensi sumber daya panas bumi di bawah permukaan bumi.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR pada Rabu (15/5/2025), Darmawan mengungkapkan bahwa tingkat keberhasilan pengeboran eksplorasi saat ini masih rendah.
“Mengubah resources menjadi reserve inilah risikonya yang paling tinggi karena exploration drilling itu banyak sekali juga tingkat suksesnya hanya sekitar 30–40%. Jadi 60%-nya akan gagal,” ujarnya.
Baca Juga: PLN Targetkan Akses 5,1 GW Pembangkit Panas Bumi hingga 2034
Kendati demikian, Indonesia memiliki kekayaan potensi panas bumi sebesar 23 gigawatt atau 40% dari cadangan dunia. Oleh karena itu, geotermal dinilai sebagai sumber energi yang sangat relevan untuk dikembangkan dalam rangka mencapai swasembada energi dan ketahanan energi nasional, sekaligus mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
“Jadi (pengembangan awal geothermal) lebih mahal memang investasinya, tetapi biaya operasinya itu jauh lebih murah. Demikian pula dengan PLTA, biaya operasinya lebih murah karena memang tidak ada biaya fuel cost,” lanjutnya.
Baca Juga: PLN Tak Jadi Pensiunkan PLTU, Ini Alasannya!
Saat ini, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia baru mencapai 2,3 GW. Darmawan menyebut dalam satu dekade ke depan, PLN berencana meningkatkan kapasitas pemanfaatan menjadi 5,1 GW. Target ini sudah tercantum dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034.
“Dalam hal ini porsinya PLN hanyalah 11%, kemudian porsi dari pengembang swasta ini 89%, sekitar 4,5 GW,” tutup Darmawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement