Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketegangan Timur Tengah Bayangi Bursa Asia

Ketegangan Timur Tengah Bayangi Bursa Asia Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konflik yang terjadi antara Israel dan Iran memicu arus modal keluar dari pasar saham dan mengarah ke aset aman seperti dolar AS dan obligasi pemerintah Amerika Serikat.

Ketidakpastian kian membesar setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa kesabaran Washington terhadap Iran semakin menipis, dan menyerukan agar Teheran menyerah tanpa syarat.

Kepala Ekonomi Internasional dan Keberlanjutan di Commonwealth Bank of Australia (CBA), Joseph Capurso, mengatakan pernyataan tersebut semakin memperkuat kekhawatiran pasar atas potensi keterlibatan militer langsung AS dalam konflik.

"Pasar tengah berupaya memperkirakan seberapa besar risiko keterlibatan militer AS. Dengan pergerakan harga minyak dan nilai tukar seperti sekarang, kekhawatiran itu jelas terlihat," ujar Joseph dikutip dari Reuters, Rabu (18/6/2025).

Baca Juga: Harga Emas Naik Tipis Menyusul Semakin Panasnya Ketegangan Iran-Israel

Gejolak geopolitik tersebut juga mengerek harga minyak mentah dunia, dimana harga Brent terpantau naik 0,33% ke US$76,70 per barel, sementara minyak mentah AS menguat 0,45% ke US$75,18 per barel. Keduanya sempat melonjak lebih dari 4% sehari sebelumnya.

Di pasar saham, indeks MSCI Asia Pasifik (di luar Jepang) terkoreksi 0,26%. Shanghai Composite melemah 0,50%, Hang Seng Hong Kong merosot 1,34%, dan indeks STI Singapura turun 0,36%. Sebaliknya, bursa Jepang dan Korea Selatan mencatat kinerja positif. Nikkei 225 naik 0,61%, KOSPI Korea Selatan menguat 0,69%, dan ASX Australia naik tipis 0,06%.

Futures saham AS sendiri nyaris tidak bergerak setelah Wall Street berakhir di zona merah pada sesi sebelumnya.

Analis Macquarie Group, Thierry Wizman, mengatakan konflik ini menunjukkan bahwa dolar AS masih memegang status sebagai aset aman global, terutama saat pasar global dihantui risiko pasokan minyak dan ketegangan geopolitik.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Picu Harga Minyak Dunia Naik 7%, Rupiah turut Melemah

Sementara itu, perhatian pasar kini tertuju pada keputusan suku bunga Federal Reserve AS yang akan diumumkan hari ini. Tekanan terhadap perekonomian AS mulai terlihat, salah satunya dari data penjualan ritel yang turun 0,9% pada Mei yang merupakan penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir.

Meski pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga, pelaku pasar tetap mencermati arah kebijakan moneter dan proyeksi ekonomi ke depan di tengah gejolak global yang tak menentu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: