Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Butuh 100 Ribu Insinyur per Tahun, Ilham Habibie: Industrialisasi Tak Bisa Jalan Tanpa SDM Unggul

Indonesia Butuh 100 Ribu Insinyur per Tahun, Ilham Habibie: Industrialisasi Tak Bisa Jalan Tanpa SDM Unggul Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Dewan Pengarah Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibie, menegaskan bahwa upaya reindustrialisasi Indonesia tidak akan berhasil tanpa dukungan sumber daya manusia (SDM) yang kuat. Dalam paparannya, ia menyatakan bahwa Indonesia memerlukan sedikitnya 100 ribu insinyur baru setiap tahun untuk menopang target industrialisasi jangka panjang.

“Kita bicara soal ekspor, soal teknologi, soal hilirisasi, tapi semuanya itu tidak akan jalan kalau kita tidak punya cukup insinyur yang kompeten,” ujar Ilham dalam seminar bertajuk Outlook Industrialisasi Indonesia, Sabtu (5/7/2025).

Saat ini, rasio insinyur di Indonesia baru sekitar 15 insinyur per 10.000 penduduk, jauh di bawah negara industri seperti Korea Selatan (80) dan Jepang (65). 

“Kita masih tertinggal jauh. Padahal, industri masa depan menuntut SDM dengan kapasitas teknis tinggi dan kemampuan adaptasi yang kuat,” tambahnya.

Baca Juga: Langkah Strategis KKP Dorong Hilirisasi kelautan dan Perikanan

Ilham juga menekankan pentingnya standarisasi dan sertifikasi insinyur Indonesia agar bisa sejajar dengan profesional global. Ia mendorong optimalisasi peran Dewan Insinyur Indonesia dalam menyusun dan menerapkan sistem sertifikasi kompetensi nasional dan internasional yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

Namun persoalan tak berhenti di angka. Menurutnya, kualitas lulusan teknik di Indonesia masih sangat timpang antara perguruan tinggi besar dan kampus-kampus daerah. Ia mengusulkan reformasi kurikulum keinsinyuran agar lebih selaras dengan kebutuhan dunia kerja, termasuk mendorong pengalaman industri bagi para pengajar.

“Insinyur bukan sekadar gelar, tapi kesiapan untuk membangun. Banyak pengajar kita minim pengalaman industri. Ini harus dibenahi,” tegas Ilham.

Ilham mendorong adanya kerja sama erat antara dunia pendidikan dan dunia usaha, baik dalam riset terapan, program magang industri, maupun pengembangan teknologi bersama. Ia menilai hal ini sebagai prasyarat penting dalam menciptakan SDM yang tidak hanya pintar di atas kertas, tetapi juga siap bersaing di lapangan.

“Kita tidak butuh lulusan pintar tapi bingung ketika masuk pabrik. Kita butuh insinyur yang tangguh, inovatif, dan paham tantangan riil,” katanya.

Menurut Ilham, tren hilirisasi dan percepatan industri manufaktur nasional hanya akan optimal jika diimbangi dengan peningkatan kapasitas manusia. 

“Orang sering lupa, industri bukan cuma soal mesin dan pabrik. Di balik semua itu, ada manusia sebagai penggeraknya,” ucapnya.

Ia mengingatkan, negara-negara maju di Asia Timur seperti Korea dan Jepang berhasil membangun industri bukan hanya karena teknologi, tetapi juga karena investasi besar mereka dalam pendidikan teknik dan riset ilmiah.

Untuk itu, PII mendorong lahirnya kebijakan nasional yang agresif dalam pencetakan insinyur, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Ilham berharap sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan organisasi profesi bisa menghasilkan kebijakan pendidikan teknik yang lebih progresif, terukur, dan terintegrasi.

“Kita sudah punya rencana besar soal hilirisasi, soal ekonomi hijau, soal transformasi digital. Tapi tanpa insinyur yang cukup dan kompeten, semua itu hanya mimpi di atas kertas,” pungkasnya.

Dengan tekad mendorong 100 ribu insinyur baru setiap tahun, Ilham menegaskan bahwa keberhasilan industrialisasi Indonesia akan sangat ditentukan oleh keberanian bangsa ini untuk berinvestasi pada manusianya sendiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Istihanah

Advertisement

Bagikan Artikel: