Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Sukses Benny Suherman di Dunia Sinema, dari 'Pandji Tengkorak' hingga Ribuan Layar Cinema XXI

Cerita Sukses Benny Suherman di Dunia Sinema, dari 'Pandji Tengkorak' hingga Ribuan Layar Cinema XXI Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah hiruk pikuk industri hiburan tanah air, nama Cinema XXI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Sebagai jaringan bioskop terbesar di negeri ini, Cinema XXI tak hanya sekadar tempat menonton film, tetapi juga simbol transformasi industri hiburan layar lebar. Namun, sedikit yang tahu bahwa di balik kesuksesan besar ini berdiri sosok visioner nan low profile bernama Benny Suherman.

Lahir di Jakarta pada tahun 1948, Benny Suherman sudah menapaki dunia perfilman jauh sebelum era Cinema XXI. Ia memulai kariernya di industri ini sebagai Direktur CV Sejahtera Film, perusahaan distribusi film yang pernah mendistribusikan film lokal populer seperti Pandji Tengkorak pada tahun 1971. Tak berhenti di situ, ia kemudian merintis PT Suptan Film, yang selama lebih dari dua dekade (1972–1996) menjadi importir film asing untuk pasar Indonesia.

Keahliannya dalam membaca tren film dan perilaku pasar membentuk fondasi kuat untuk langkah bisnis berikutnya, yaitu membangun jaringan bioskop sendiri.

Pada tahun 1988, Benny bersama Harris Lesmana bekerja sama dengan Sudwikatmono (sepupu Presiden Soeharto) untuk mendirikan jaringan bioskop Cinema 21 di bawah PT Subentra Nusantara. Bioskop ini mulai meramaikan industri film tanah air dengan menyajikan film lokal dan internasional, serta terus memperluas jaringannya.

Setelah Sudwikatmono melepas sahamnya pada tahun 1999, Benny dan Harris mengambil alih penuh kendali perusahaan. Mereka pun mendirikan PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR) dan mulai merancang transformasi besar-besaran. Dalam waktu dua tahun, sebagian besar Cinema 21 bertransformasi menjadi Cinema XXI, dengan peningkatan fasilitas dan pengalaman menonton.

Baca Juga: Cerita Lahirnya Corkcicle, dari Ide Botol Minuman Anggur hingga Sukses jadi Tren di Dunia

Ketika era VCD dan DVD mulai mengancam eksistensi bioskop, Benny dan Harris tidak memilih untuk bersaing dalam format, melainkan menciptakan pengalaman baru, yaitu The Premiere, bioskop mewah dengan kursi nyaman, lounge eksklusif, serta kualitas gambar dan suara tinggi. Inovasi ini dimulai di Plaza Senayan XXI dan kemudian menyebar ke berbagai kota besar.

Tak hanya berhenti pada kemewahan, Cinema XXI terus memperkenalkan teknologi-teknologi baru seperti Dolby Atmos, Digital Cinema 3D, hingga IMAX, dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar. Per April 2024, Cinema XXI telah mengoperasikan lebih dari 1.300 layar di 240 lokasi di seluruh Indonesia.

Meski sosok Benny dikenal tertutup dan jarang tampil di media, peranannya sangat besar dalam mendorong industri hiburan nasional. Pada Agustus 2023, perusahaannya, PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR), resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.

Melalui induk perusahaan PT Harkat Jaya Bumi Persada, Benny tercatat memiliki 54% saham dan berhasil masuk daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes 2023, di posisi ke-43 dengan kekayaan mencapai US$1,1 miliar atau sekitar Rp17,5 triliun.

Kini tongkat estafet kepemimpinan NSR telah diteruskan kepada anak-anaknya. Suryo Suherman menjabat sebagai Presiden Direktur, Arif Suherman sebagai Direktur, dan Melia Suherman sebagai Komisaris. Transisi ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai kerja keras dan inovasi Benny terus diwariskan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: