Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden The Fed Richmond Nilai Suku Bunga Tak Perlu Diubah, Ini Alasannya

Presiden The Fed Richmond Nilai Suku Bunga Tak Perlu Diubah, Ini Alasannya Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Federal Reserve (The Fed) Richmond Tom Barkin buka suara terkait dengan arah kebijakan suku bunga dari Amerika Serikat (AS). Menurutnya, hal tersebut sudah berada dalam posisi yang tepat.

Barkin mengatakan dirinya tahun ini tidak memiliki hak suara dalam penetapan suku bunga, namun menurutnya hal tersebut sudah dalam posisi yang tepat, yakni dalam kisaran 4,25%–4,5. Ia menyebut level tersebut dapat merespons baik potensi kenaikan inflasi maupun pengangguran.

Baca Juga: Raih Penghargaan, Produk Bank JAMBI Diminati Masyarakat

Barkin mengatakan bahwa belanja agresif konsumen dapat meredam dampak tarif impor terhadap inflasi, tetapi juga berpotensi memicu siklus penurunan permintaan dan peningkatan pengangguran.

Ia optimistis lonjakan tajam tingkat pengangguran dapat dihindari, mengingat pengeluaran rumah tangga sejauh ini masih kuat. Ia juga menyebut sebagian ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi mulai terangkat setelah disahkannya undang-undang pajak besar, kejelasan kebijakan imigrasi, dan finalisasi kesepakatan tarif serta perdagangan dari AS.

Menurutnya, dampak bersih kebijakan tersebut akan bergantung pada respons konsumen terhadap potensi tekanan harga. Perilaku belanja seperti perburuan diskon, percepatan pembelian barang sebelum tarif diberlakukan, serta pengalihan belanja dari jasa ke barang, dinilai turut menekan laju kenaikan harga.

“Di tengah pembicaraan soal tarif dan kenaikan harga barang, kami melihat orang menimbun iPhone dan mengurangi pengeluaran untuk jasa seperti perjalanan udara dan penginapan. Jika pola ini terjadi lebih luas, dampak inflasi dari tarif akan lebih kecil dari perkiraan,” kata Barkin, dilansir dari Reuters, Rabu (13/8).

AS mengumumkan baru-baru ini bahwa data inflasi konsumen pada lalu sejalan dengan ekspektasi, dengan inflasi inti naik menjadi 3,1%. Barkin lega melihat ini, namun memperingatkan risiko penurunan permintaan tajam yang dapat menekan margin bisnis dan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ia menilai skenario tersebut dapat dihindari karena perusahaan cenderung enggan melakukan pemecatan besar-besaran, didukung pasokan tenaga kerja yang melambat akibat kebijakan imigrasi yang lebih ketat dan gelombang pensiun pekerja senior.

Baca Juga: Bank Papua Umumkan Pemindahan Kantor Cabang Pembantu Bade

“Kita mungkin akan melihat tekanan pada inflasi dan juga pengangguran, tetapi keseimbangan antara keduanya masih belum jelas. Seiring visibilitas membaik, kami siap menyesuaikan kebijakan jika diperlukan,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: