Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laut Bisa Jadi Penopang Ekonomi Nasional Tanpa Rusak Ekosistem

Laut Bisa Jadi Penopang Ekonomi Nasional Tanpa Rusak Ekosistem Kredit Foto: Suara.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan laut bisa menjadi penopang ekonomi nasional tanpa harus merusak ekosistem yang ada di dalamnya.

Oleh karena pada Public Lecture perdana Blue Ocean Strategy Fellowship (BOSF) di The Atrium, Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Menteri Trenggono mengajak generasi muda andil dalam pembangunan sektor kelautan perikanan berkelanjutan di Indonesia.

Baca Juga: Sistem Ekonomi Syariah Diharapkan Jadi Arus Ekonomi Utama RI dan Global

Hasil kelautan dan perikanan dibutuhkan untuk menopang sistem ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi, hingga menahan lajur perubahan iklim. 

"Laut kita bukan hanya masa lalu dan masa kini, tetapi masa depan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki tanggung jawab sekaligus kesempatan besar untuk menunjukkan bahwa laut bisa menjadi penopang ekonomi nasional tanpa merusak ekosistem," ujarnya, dikutip dari siaran pers KKP, Jumat (15/8).

Mengusung tema “Unlocking the Blue Economy for Sustainable Marine Ecosystem in Indonesia”, forum yang berlangsung pada Jumat (8/8/2025) itu dihadiri lebih dari 300 peserta dari kalangan mahasiswa, akademisi, komunitas muda, asosiasi, dan publik. 

Pada kesempatan ini, Menteri Kelautan dan Perikanan dianugerahi gelar Distinguished Fellow BOSF sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinan Indonesia dalam kebijakan kelautan di tingkat global.

Menurutnya, krisis pangan global, perubahan iklim, dan tekanan terhadap keanekaragaman hayati laut menuntut kebijakan yang progresif dan sistemik. Blue food—hasil perairan seperti ikan, rumput laut, dan udang—disebut sebagai solusi penting bagi ketahanan pangan dunia karena memiliki keunggulan gizi, jejak karbon rendah, dan potensi ekonomi yang luas bagi masyarakat pesisir.

Mengutip data Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Forum Ekonomi Dunia (WEF), Menteri Trenggono menjelaskan bahwa populasi dunia yang diproyeksikan mencapai 9,7 miliar jiwa pada 2050 akan meningkatkan kebutuhan protein global hingga 70 persen. Sistem pangan berbasis daratan diprediksi tidak mampu mencukupi kebutuhan tersebut karena keterbatasan lahan. Di Indonesia sendiri, permintaan protein pada tahun tersebut diperkirakan meningkat hingga 21,1 juta ton per tahun.

“Ekonomi biru bukan sekadar pendekatan pembangunan, melainkan komitmen moral untuk menjaga laut bagi generasi mendatang. Pangan biru adalah strategi kita untuk menyeimbangkan pembangunan dan keberlanjutan,” tegasnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, KKP telah menetapkan lima kebijakan prioritas ekonomi biru yang tidak hanya menjaga keseimbangan ekologi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan nelayan, produktivitas usaha perikanan, dan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok pangan global yang berkelanjutan.

Ajang Adu Gagasan Masa Depan Laut

Rangkaian BOSF diawali dengan kompetisi ide nasional yang diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Sepuluh finalis terpilih mempresentasikan gagasan berbasis data di hadapan Menteri Trenggono. Tiga ide terbaik diumumkan dan mendapatkan penghargaan langsung dari Menteri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: