- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Jaga Karbon Biru, PIS Tanam 1.000 Terumbu Karang di Ujung Barat Indonesia
Kredit Foto: Pertamina International Shipping
PT Pertamina International Shipping (PIS) melakukan penanaman transplantasi 1.000 fragmen terumbu karang di Ujung Teungku, Iboih, Sabang yang berada di ujung terjauh barat Indonesia. Ini merupakan inovasi PIS dalam menjaga ekosistem laut Indonesia melalui program CSR Marine BiodiverSEAty.
Corporate Secretary PIS Muhammad Baron menyebut program ini menjadi bagian strategi berkelanjutan untuk mendukung terciptanya ekosistem laut yang sehat.
“Melalui program ini, kami ingin memastikan ekosistem laut di Indonesia tetap terjaga, mulai dari wilayah pusat hingga daerah terujung seperti Sabang. Setiap lokasi dipilih berdasarkan urgensi konservasi dan potensi dampaknya terhadap ekosistem lokal," ujar Baron dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (22/8/2025).
Baca Juga: PIS Salurkan 5 Juta Liter Air Bersih Lewat Pompa Tenaga Surya, Bantu Petani di Pedalaman Labuan Bajo
Sabang dipilih pada tahun ini bukan tanpa alasan. Sebagai salah satu garis terluar Indonesia, Sabang memiliki posisi strategis dalam melengkapi sebaran penanaman terumbu karang di lokasi lain yang telah dilakukan PIS.
Selain itu, Sabang juga memiliki potensi wisata laut yang luar biasa. Perekonomian Sabang terutama bertumpu pada sektor pariwisata laut dan perikanan, sehingga kelestarian laut menjadi vital bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
Kegiatan transplantasi dilakukan melalui beberapa tahapan. Dimulai dengan sesi edukasi mengenai pentingnya ekosistem terumbu karang yang disampaikan oleh Rubiah Tirta Divers, pusat selam pertama di Aceh. Edukasi ini ditujukan kepada perwira Pertamina yang berpartisipasi, agar memahami betul peran penting karang dalam mendukung kehidupan laut.
Baca Juga: Pertamina International Shipping Siap Ekspansi ke Pengangkutan Komoditas Non-Energi
Transplantasi 1000 koral di Sabang ini, ditargetkan bisa menjaga produktivitas ekosistem karbon biru dengan potensi penyerapan karbon 0,4 ton setara emisi karbon setahun (0,4 tCO2e setahun).
Peran terumbu karang sendiri bukan sebagai penyerap karbon utama, namun secara tidak langsung akan melindungi ekosistem lamun dan mangrove untuk meningkatkan kapasitas stok karbon biru keseluruhan.
Seperti diketahui, blue ecosystem yang baik ditopang oleh tiga elemen vital yakni mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Ketiganya saling terhubung dan memiliki peran besar dalam penyerapan karbon, perlindungan garis pantai dari abrasi, serta menjaga keberlangsungan keanekaragaman hayati laut yang menjadi sumber kehidupan masyarakat pesisir. Sejak 2024, total terdapat 35.000 mangrove, 3.200 lamun, dan 3.100 fragmen terumbu karang yang berhasil ditanam.
Baca Juga: Pertamina SAF dari Minyak Jelantah, Pertama di Asia Tenggara Terbangkan Pesawat Komersial
Kegiatan penanaman coral di Aceh juga melibatkan masyarakat lokal merangkai fragmen karang pada kerangka besi yang berfungsi sebagai media tumbuh. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan penanaman karang secara langsung melalui kegiatan penyelaman di kawasan konservasi.
Tidak berhenti pada tahap penanaman, Rubiah Tirta Divers akan melakukan pemantauan rutin pada bulan ke-1, 3, 6, hingga 12. Langkah ini dilakukan untuk memastikan karang tumbuh dengan baik serta mengevaluasi efektivitas metode transplantasi yang digunakan.
“Keterlibatan masyarakat lokal juga menjadi bagian penting dari program. Dengan ikut serta dalam proses transplantasi maupun pemantauan, masyarakat diharapkan mendapatkan manfaat berupa lingkungan laut yang lebih sehat dan peluang ekonomi dari sektor wisata bahari yang berkelanjutan” ujarnya.
Baca Juga: Pelaut Indonesia Tembus Kapal Global, PIS Gandeng CST Singapore
Program ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs) poin 8 (penciptaan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), poin 13 (penanganan perubahan iklim) dan poin 14 (konservasi ekosistem lautan) serta poin 17 (kemitraan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan).
Tidak hanya itu, program ini juga memenuhi tiga aspek utama dari prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST/ESG).
Langkah ini menjadi bukti bahwa perlindungan ekosistem laut bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau komunitas lingkungan, melainkan juga bagian dari peran perusahaan dalam memastikan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement