Kredit Foto: Uswah Hasanah
Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) meluncurkan skema insentif berbasis volume pengumpulan sampah kemasan untuk memperkuat investasi di sektor ekonomi sirkular.
Program ini ditargetkan mampu menarik minat investor, memperluas rantai pasok daur ulang, dan memberi nilai tambah pada sampah bernilai rendah seperti multilayer packaging(MLP).
General Manager IPRO, Reza Andreanto, mengatakan skema insentif ini menjadi langkah strategis agar sampah kemasan yang selama ini sulit masuk rantai daur ulang bisa dimanfaatkan kembali.
“Kami menggunakan pendekatan berbasis per kilogram untuk memastikan kepastian harga dan rantai pasok yang berkelanjutan,” ujarnya dalam media briefing “Towards Circularity: Tackling Waste Management Challenge Through Multi-Stakeholder Collaboration”, Selasa (26/8/2025).
Baca Juga: PepsiCo Gandeng IPRO dan BWC, Dorong Target 30% Sampah Produsen 2029
Saat ini, 17 perusahaan produsen besar yang tergabung dalam IPRO berkomitmen mendukung implementasi skema tersebut. IPRO menilai kepastian harga dan keberlanjutan pasokan menjadi kunci agar pelaku industri daur ulang memiliki insentif untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Dampak program ini mulai terlihat pada sejumlah pelaku usaha. Startup Bali Waste Cycle (BWC) mencatat lonjakan volume olahan MLP setelah mendapat dukungan dari skema IPRO.
“Dengan adanya insentif, rantai pasok menjadi lebih hidup. Sampah yang dulunya tidak bernilai kini bisa menjadi komoditas,” kata Olivia Padang dari BWC.
Baca Juga: PepsiCo Investasi Rp200 Miliar Bangun Pabrik di Cikarang
Olivia menambahkan, produk olahan BWC kini tak hanya dipasarkan ke komunitas lokal, tetapi juga digunakan oleh sejumlah hotel di Bali. Kenaikan kapasitas produksi tersebut didorong oleh pasokan kemasan yang lebih stabil dari pengepul maupun pelaku sektor informal.
IPRO melihat tren ini sebagai bukti bahwa skema insentif berpotensi menciptakan peluang investasi baru di sektor daur ulang. Reza menegaskan, IPRO berperan sebagai penghubung antara produsen, sektor informal, dan industri pengolahan sampah.
“Kami menjadi connecting the dots sehingga ekosistem ekonomi sirkular dapat tumbuh sehat,” ucapnya.
Ke depan, IPRO bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memperluas skema tersebut. Harapannya, lebih banyak produsen dan pelaku industri dapat terlibat, sehingga potensi nilai ekonomi dari sampah kemasan dapat dioptimalkan sekaligus mendukung target pengurangan sampah nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement