Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dua Bulan Berturut, Produksi Industri Indonesia Kontraksi! Ini Penjelasan Kemenperin

Dua Bulan Berturut, Produksi Industri Indonesia Kontraksi! Ini Penjelasan Kemenperin Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan alasan pelaku usaha masih menahan laju produksi pada Agustus 2025 meski permintaan domestik dan ekspor menunjukkan kenaikan. 

Menurut Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, variabel produksi dalam IKI Agustus 2025 kembali mencatat kontraksi dengan penurunan 4,15 poin menjadi 44,84. Kondisi ini menandakan sebagian besar industri masih menahan proses produksinya.

“Ini bukan berarti semua pabrik berhenti. Masih banyak yang berproduksi, namun proses produksinya ditahan. Banyak industri yang masih wait and see,” ujar Febri dalam Rilis IKI Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2025 di Gedung Kementerian Perindustrian, Kamis (28/8/2025).

Baca Juga: Soal Kinerja Positif Industri Triwulan II-2025, Kemenperin Gunakan Indikator IKI dan PMI BI

Ia menjelaskan, pelaku usaha lebih memilih mengandalkan stok barang yang sudah menumpuk di gudang sejak bulan-bulan sebelumnya untuk memenuhi lonjakan permintaan.

Hal ini juga sejalan dengan data impor bahan baku. 

“Kami sudah cek data impor pada dua bulan terakhir, terutama Juni, tidak ada peningkatan impor bahan baku. Artinya industri masih menggunakan stok lama,” kata Febri.

Febri menambahkan, penahanan impor bahan baku juga dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dalam negeri yang masih cukup memenuhi kebutuhan. Hanya beberapa industri yang mengalami kendala, khususnya terkait pasokan gas sebagai bahan baku.

Baca Juga: Kemenperin Ungkap 2 Juta Pekerja Terdampak Akibat Relaksasi Impor

Data Kemenperin menunjukkan bahwa kontraksi variabel produksi sudah terjadi dua bulan berturut-turut. Kondisi ini memperlihatkan pelaku industri masih berhati-hati dalam meningkatkan kapasitas produksi, sambil menunggu kepastian tren permintaan di pasar.

“Kalau permintaan naik tinggi, industri akan memenuhi dari stok yang sudah ada di gudang. Jadi mereka lebih memanfaatkan produk lama untuk menyesuaikan kebutuhan,” ujar Febri.

Dengan demikian, penurunan variabel produksi dalam IKI bukan berarti industri berhenti beroperasi, melainkan lebih pada strategi efisiensi dengan memaksimalkan stok barang dan bahan baku yang tersedia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: