Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Saham dan Aset Kripto Masuki Bulan Keramat, Adakah Potensi Reli?

Pasar Saham dan Aset Kripto Masuki Bulan Keramat, Adakah Potensi Reli? Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bagi para investor global, September sering disebut sebagai bulan keramat. Bukan karena mitos, melainkan karena sejarah panjang yang menunjukkan performa pasar yang loyo, baik di bursa saham tradisional maupun pasar aset crypto.

Fenomena yang dikenal sebagai September Effect ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah pola musiman yang didukung oleh data historis, meski penyebabnya masih banyak diperdebatkan.

Pola ini pertama kali tercatat di bursa saham Amerika Serikat sejak awal abad ke-20. Indeks utama seperti S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) cenderung mencatatkan kinerja terburuknya di bulan September dibandingkan 11 bulan lainnya. Fenomena ini semakin kuat karena September kerap menjadi momentum koreksi signifikan, seperti koreksi pasar pada tahun 1929 dan 2008.

Baca Juga: Hadapi September Effect, Reliance Unggulkan Saham Perbankan dan Properti

Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku menjelaskan fenomena September Effect juga banyak dikaitkan ke pasar crypto. “Bitcoin, yang dikenal dengan volatilitasnya, juga menunjukkan pola serupa. Sejak tahun 2013, data historis mencatat rata-rata return Bitcoin di bulan September cenderung negatif. Tapi menariknya, dalam dua tahun terakhir, September memberikan return positif baik bagi Bitcoin maupun Ethereum, meskipun masih menjadi bulan dengan rata-rata return historis terburuk bagi Bitcoin sejauh ini,” jelas Fahmi yang dikutip di Jakarta, Sabtu (6/9/2025).

Adakah Potensi Reli?

Menurutnya, tahun 2025 ini, situasi pasar global memiliki dinamika unik. Pasar kripto, khususnya Bitcoin dan Ethereum, mendapatkan dukungan kuat dari arus dana institusional seperti melalui instrumen ETF Spot yang terus menarik minat investor besar. Suplai uang pada indikator US M2 Juli yang dirilis 26 Agustus lalu juga kembali meningkat menyentuh angka tertinggi baru sepanjang masa.

"Hal ini dapat mendukung optimisme investor terhadap aset berisiko seperti saham AS dan crypto, terlebih apabila The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan FOMC pertengahan September nanti,” tambah Fahmi.

Meskipun September Effect merupakan pola historis yang menarik, para investor tidak bisa hanya mengandalkan tren ini. Pelajaran terpenting adalah untuk selalu mengedepankan manajemen risiko yang solid.

“Alih-alih panik atau mengambil keputusan jual secara impulsif, strategi yang dapat dilakukan investor ialah memantau faktor fundamental dan makroekonomi yang sedang terjadi untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana. Pola musiman hanyalah salah satu dari sekian banyak indikator yang harus dipertimbangkan dalam strategi investasi. Diversifikasi portofolio seperti dengan mengkombinasikan ekuitas seperti saham AS dan aset crypto juga menjadi salah satu alternatif yang bisa dieksplorasi,” jelas Fahmi.

Baca Juga: OJK Catat Lonjakan Transaksi Kripto Nasional Sepanjang Juli 2025, Tembus Rp276,45 Triliun!

Bagi investor yang lebih konservatif dan baru mulai mengeksplorasi pasar crypto, aset-aset dengan kapitalisasi pasar terbesar seperti Bitcoin, Ethereum, XRP, Solana menjadi
beberapa opsi menarik untuk dieksplorasi lebih jauh.

“Terlebih, periode pasar saat ini cenderung lebih volatil dimana rotasi kapital di altcoin cenderung lebih dinamis dan aset-aset besar tersebut dapat memiliki ketahanan lebih tinggi. Apabila sentimen bullish berkembang, koin-koin tersebut biasanya menjadi pilihan utama para investor besar,” tutur Fahmi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: