Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Stablecoin Tantang Ekosistem Bisnis Perbankan, Jadi Ancaman Sistem Keuangan?

Stablecoin Tantang Ekosistem Bisnis Perbankan, Jadi Ancaman Sistem Keuangan? Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Stablecoin menjadi sorotan karena dinilai menjadi ancaman sistem keuangan tradisional modern. Namun hal ini dibantah tegas oleh Chief Policy Officer Coinbase (COIN) Faryar Shirzad.

Shirzad menegaskan bahwa stablecointidak menimbulkan ancaman bagi stabilitas sistem keuangan, berbeda dengan klaim industri perbankan termasuk di Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Bakal Rugikan London, Inggris Diminta Tak Batas Kepemilikan Stablecoin

Ia menyebut pernyataan bank bahwa stablecoin dapat memicu arus keluar besar-besaran dari simpanan hanyalah mitos untuk melindungi pendapatan mereka.

“Analisis terbaru menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara adopsi stablecoin dan arus keluar simpanan di bank komunitas, dan tidak ada alasan percaya bank besar akan bernasib lebih buruk,” ungkapnya, dilansir Rabu (17/9).

Ia menambahkan bahwa bank besar masih menyimpan triliunan dolar di Federal Reserve (The Fed). Jika simpanan benar-benar terancam, bank akan menawarkan suku bunga lebih tinggi untuk menarik nasabah, bukan menaruh dana di bank sentral.

Menurut Shirzad, alasan sebenarnya perlawanan bank adalah bisnis pembayaran. Stablecoin menawarkan cara lebih cepat dan murah untuk memindahkan uang. Hal tersebut mengancam miliaran dolar pendapatan tahunan sektor perbankan dari biaya transaksi kartu dan bank.

Ia membandingkan penolakan ini dengan resistensi terhadap anjungan tunai mandiri dan perbankan daring dari masa lalu. Saat itu, pelaku lama juga memperingatkan risiko sistemik tetapi sejatinya melindungi keuntungan yang ada dalam ekosistem mereka.

Shirzad juga menepis laporan yang memperkirakan potensi arus keluar simpanan hingga triliunan dolar ke stablecoin. Ia menekankan stablecoin lebih banyak dipakai sebagai alat pembayaran ketimbang produk tabungan jangka panjang.

“Seorang pembeli stablecoin untuk membayar pemasok luar negeri hanya memilih metode transaksi yang lebih efisien daripada melalui bank, bukan menarik dana dari rekening tabungan,” ujarnya.

Baca Juga: Bikin Kredit Lesu, Inggris Mau Batasi Kepemilikan Stablecoin

Shirzad mendesak bank agar merangkul teknologi stablecoin. Menurutnya hal tersebut bisa mempercepat penyelesaian transaksi, memangkas biaya perbankan koresponden, dan menyediakan layanan pembayaran dua puluh empat jam. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: