Kredit Foto: OctaFX
Teknologi kecerdasan buatan (AI) diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. World Bank memperkirakan pemanfaatan AI mampu menyumbang hingga 10% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, seiring meningkatnya adopsi digital di berbagai sektor.
Potensi tersebut menjadi pembahasan utama dalam forum Dyna Day 2025 di Jakarta, yang mempertemukan pelaku industri teknologi finansial (fintech) dan asuransi. Forum ini menyoroti peran Agentic AI, yaitu teknologi yang mampu memahami konteks, mengambil keputusan mandiri, dan bertindak intuitif yang bisa jadi pendorong produktivitas dan transformasi layanan digital.
AI National Roadmap Advisor, Andreas Tjendra, menilai posisi Indonesia kini strategis untuk memimpin revolusi AI.
Baca Juga: Budi Tampubolon Kembali Nahkodai AAJI Periode 2025–2028
“Secara global, AI diperkirakan akan berkontribusi hingga US$15,7 triliun bagi perekonomian. Di Indonesia sendiri, World Bank memperkirakan AI dapat memberikan dampak hingga 10% dari PDB nasional. Meski sebelumnya kita tertinggal dalam revolusi industri terdahulu, saat ini Indonesia berada pada posisi strategis untuk memimpin ‘Revolusi Nasional AI,’ berbekal populasi besar dan percepatan adopsi digital,” jelas Andreas dikutip dari keterangan resmi, Kamis (25/9/2025).
Dari sisi industri, Wakil Sekretaris Jenderal II Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Saat Prihartono, menegaskan jika para perusahaan lokal sudah siap untuk mengadopsi teknologi AI, meski masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
“Fintech kita beyond ready and beyond aligned untuk mengadopsi AI, meski masih menghadapi keterbatasan talenta, infrastruktur, dan keterampilan adopsi,” ujarnya.
Menurut Prihatono, teknologi ini berpotensi menyederhanakan proses operasional dan memperkuat keterlibatan pelanggan.
Sementara itu, Kepala Departemen Klaim dan Manfaat Asuransi Jiwa Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dr. Dian Budiani, menilai AI pun dapat membantu industri menghadapi peningkatan klaim kesehatan dan kompleksitas bisnis. “Agentic AI dapat menjadi solusi transformatif dengan menyederhanakan proses klaim, meningkatkan efektivitas deteksi fraud, dan menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih unggul,” katanya.
Baca Juga: AAJI Ingatkan Budaya FOMO Bisa Ganggu Stabilitas Finansial Anak Muda
Sebagai informasi, Lawrence Lu, Managing Director dan Head of Southeast Asia Dyna.Ai, memaparkan strategi perusahaan dalam menghubungkan praktik terbaik global dengan kebutuhan lokal.
“Agentic AI mampu beradaptasi dengan konteks budaya dan realitas bisnis. Menggabungkan otomatisasi dan wawasan lokal, kami membantu organisasi untuk berkembang lebih cepat, personalisasi layanan, serta membangun kepercayaan jangka panjang dengan pelanggan. Berbagai solusi Dyna.Ai—mulai dari Agent Studio, Agent Store, TextGPT, VoiceGPT, hingga AvatarGPT—dirancang untuk memungkinkan perusahaan mengimplementasikan AI secara cepat dan efektif lintas platform dan bahasa, sehingga kuat secara teknologi sekaligus relevan dengan konteks beragam pasar Indonesia,” jelasnya.
Lu menambahkan, kantor Dyna.Ai di Jakarta yang resmi dibuka pada Juli 2025 akan menjadi pusat inovasi dan kolaborasi dengan pelaku bisnis serta asosiasi. “Inti dari transformasi digital bukan hanya pada teknologinya, melainkan pada manusia yang dilayaninya,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement