Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Surplus Dagang RI Berlanjut, Agustus 2025 Cetak US$5,3 Miliar

Surplus Dagang RI Berlanjut, Agustus 2025 Cetak US$5,3 Miliar Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada Agustus 2025 sebesar US$5,3 miliar, memperpanjang tren positif hingga bulan ke-63 berturut-turut. Kinerja ini ditopang oleh ekspor industri pengolahan, khususnya logam dasar seperti nikel dan tembaga, yang menguat sejalan dengan program hilirisasi mineral.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, ekspor Indonesia sepanjang Januari–Agustus 2025 tumbuh 7,8 persen menjadi US$185,3 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$171,9 miliar.

"Berdasarkan data arus barang biaya cukai pada Agustus, kinerja ekspor kita meningkat terutama di Jepang, sektor industri pengolahan, terutama komunitas logam dasar, nikel, dan tembaga sejalan dengan upaya hilirisasi mineral," jelas Purbaya dikutip Jumat (26/9/2025).

Baca Juga: Surplus Dagang RI Capai US$4,17 miliar, BI: Kuat Topang Ekonomi RI

Dari sisi impor, nilai kumulatif Januari–Agustus 2025 tercatat US$156,3 miliar atau naik 2,3 persen dibanding tahun lalu sebesar US$152,9 miliar. Namun, peningkatan impor terutama berasal dari barang modal, seperti alat komunikasi, kendaraan bermotor, dan mesin-mesin, sementara impor lainnya cenderung menurun.

Baca Juga: Industri Pengolahan Angkat Ekspor, Neraca Dagang RI Surplus 63 Bulan Berturut

Secara rinci, surplus neraca perdagangan kumulatif hingga Agustus 2025 mencapai US$29 miliar, lebih tinggi dari capaian US$19 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Surplus nonmigas tercatat US$41,06 miliar, naik dibanding Januari–Agustus 2024 sebesar US$32,7 miliar, sedangkan defisit migas menyempit dari US$13,7 miliar menjadi US$12,1 miliar.

Purbaya menambahkan, capaian ini menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah tensi perang tarif global. “Ini pertumbuhan yang amat spektakuler walaupun orang bilang katanya apa, karena mau ada tarif mereka ini duluan penloading, tapi kalau saya lihat tetap aja tumbuh. Nanti ini menunjukkan bahwa globalnya nggak jelek-jelek amat. Anda lihat itu tumbuh 52,3% Jadi sekarang kita tinggal fokus menjaga domestik yang seperti apa,” kata Purbaya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: