Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Meroket Naik, Investor Santai Hadapi Shutdown Pemerintah AS

Bursa Asia Meroket Naik, Investor Santai Hadapi Shutdown Pemerintah AS Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia mencatatkan hasil yang bervariasi pada perdagangan di Kamis (2/10). Investor mencermati arah kebijakan moneter regional hingga shutdown pemerintahan dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir Jumat (3/10), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China ditutup dalam perdagangan kali ini:

  • Hang Seng (Hong Kong): Naik 1,61% ke 27.287,12
  • CSI 300 (China): Libur Hari Nasional China
  • Shanghai Composite (China): Libur Hari Nasional China
  • Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,87% ke 44.936,73
  • Topix (Jepang): Turun 0,24% ke 3.087,40
  • Kospi (Korea Selatan): Naik 2,70% ke 3.549,21
  • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 1,05% ke 854,25

Dari Jepang, Bank of Japan (BoJ) diprediksi akan kembali melanjutkan normalisasi kebijakan pada akhir tahun ini, dengan pasar memperkirakan peluang empat puluh persen kenaikan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan di Oktober.

Dari Amerika Serikat, Mahkamah Agung menjadwalkan sidang terkait dengan upaya pemerintah memecat sosok dari Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook di Januari 2026.

Upaya pemecatan tersebut merupakan bagian kecil dari kekhawatiran pasar terkait dengan independensi bank sentral atas pengaruh dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sang presiden diketahui terus mendesak pemangkasan suku bunga agresif dari The Fed.

Adapun Negeri Paman Sam juga tengah dilanda kekhawatiran terkait dengan shutdown pemerintahan yang merupakan pertama dalam hampir tujuh tahun, setelah anggota parlemen gagal mencapai kesepakatan pendanaan sementara di Kongres.

Baca Juga: Perkuat Portofolio Logistik, Astra Property Resmi Selesaikan Akuisisi Saham Mayoritas MMP

Kebuntuan yang diperkirakan berlangsung setidaknya tiga hari tersebut, akan menunda rilis data penting, termasuk laporan NonFarm Payrolls (NFP) September 2025.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: