Kredit Foto: Istimewa
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan kembali menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada November 2025, hanya sebulan setelah perombakan jajaran manajemen. Agenda rapat kali ini difokuskan pada penguatan struktur modal dan pengalihan aset strategis di tengah proses restrukturisasi lanjutan perusahaan pelat merah itu.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Garuda menyebutkan RUPSLB akan meminta persetujuan pemegang saham atas empat agenda utama. Pertama, persetujuan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (private placement atau PMTHMETD). Kedua, pengalihan kekayaan bersih lebih dari 50% yang mencakup pemindahtanganan pesawat, aset tidak terpakai (unused asset), low value asset (LVA), serta unit load device (ULD).
Agenda ketiga, pelimpahan kewenangan pengalihan kekayaan Garuda kepada manajemen, dan terakhir, pengesahan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).
Baca Juga: Rosan Roeslani Tegaskan Direksi Asing di Garuda untuk Perkuat Transformasi dan Teknologi
“Mata acara ini merupakan tindak lanjut atas keputusan RUPSLB 30 Juni 2025 mengenai persetujuan rancangan restrukturisasi dalam rangka penyehatan GIAA,” tulis manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (22/10/2025).
Langkah RUPSLB ini bertepatan dengan rencana suntikan dana besar dari PT Danantara Asset Management (DAM). Berdasarkan dokumen prospektus, Danantara akan menanamkan modal hingga US$1,84 miliar atau setara Rp30,31 triliun melalui PMTHMETD. Aksi ini akan membuat kepemilikan publik terdilusi signifikan hingga 81,7%, karena seluruh saham baru akan diserap oleh Danantara sebagai investor sekaligus kreditur perseroan.
Dari total saham yang beredar, Danantara saat ini menggenggam 59,03 miliar saham atau 64,54% kepemilikan. Pemerintah tetap menjadi pemegang saham pengendali dengan satu lembar saham dwiwarna. Sementara itu, publik memiliki 25,12 miliar saham atau 27,46%. Setelah pelaksanaan PMTHMETD, porsi publik diperkirakan menyusut menjadi 5,03%.
Aksi korporasi tersebut akan dilakukan dalam dua skema, yakni setoran modal tunai senilai US$1,44 miliar (Rp23,66 triliun) dan konversi pinjaman pemegang saham menjadi saham baru sebesar US$405 juta (Rp6,65 triliun).
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) Depak Wamildan Tsani dan Tunjuk Glenny Kairupan
Rapat pemegang saham ini juga menjadi lanjutan dari perombakan manajemen Garuda yang dilakukan pada 15 Oktober lalu. Dalam RUPSLB tersebut, pemegang saham menunjuk Glenny H. Kairupan sebagai Direktur Utama menggantikan Wamildan Tsani. Struktur baru ini disebut sebagai bagian dari langkah strategis untuk memperkuat proses restrukturisasi pascaprogram penyelamatan yang telah berjalan beberapa tahun terakhir.
Garuda menyatakan proses restrukturisasi dan injeksi modal Danantara berada di bawah pengawasan BPI Danantara Indonesia. Kolaborasi ini difokuskan pada perbaikan struktur pendanaan jangka panjang, efisiensi operasional, serta penguatan tata kelola perusahaan.
Pemerintah, sebagai pemegang saham utama, menilai langkah tersebut penting untuk menjaga keberlanjutan maskapai nasional sekaligus memperkuat konektivitas udara domestik dan internasional. Dengan strategi baru ini, Garuda diharapkan mampu menyeimbangkan mandat pelayanan publik dan efisiensi bisnis di tengah kompetisi ketat industri penerbangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement