Kredit Foto: WE
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), emiten produsen ban yang menjadi salah satu portofolio investasi legendaris Lo Kheng Hong, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 20 persen pada kuartal III 2025. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perseroan, Senin (27/10/2025) laba bersih hanya mencapai Rp789,69 miliar, turun dari Rp988,55 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penyusutan kinerja tersebut juga menekan laba per saham dasar menjadi Rp226,6, dibandingkan Rp283,7 pada tahun sebelumnya. Penurunan laba disebabkan oleh turunnya penjualan bersih dan meningkatnya beban produksi di tengah tekanan biaya bahan baku dan nilai tukar.
Penjualan bersih GJTL tercatat Rp13,12 triliun, menurun tipis 2,38 persen dari Rp13,44 triliun pada kuartal III 2024. Meski permintaan domestik masih stabil, beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp10,62 triliun dari sebelumnya Rp10,51 triliun, yang membuat laba kotor terkoreksi menjadi Rp2,49 triliun dari Rp2,93 triliun.
Baca Juga: INET Siap Ambil Alih 53,57% Saham PADA dari Kopindosat
Dari sisi beban operasional, GJTL mencatat penurunan beban penjualan menjadi Rp726,51 miliar dari Rp734,35 miliar. Namun, beban umum dan administrasi naik menjadi Rp577,7 miliar dari Rp528 miliar. Di sisi lain, beban keuangan justru turun signifikan menjadi Rp355,9 miliar dari Rp467,7 miliar, menandakan perbaikan pada pengelolaan utang dan efisiensi pembiayaan.
Kinerja kurs rupiah memberikan sedikit angin segar bagi perusahaan. GJTL membukukan keuntungan selisih kurs Rp98,18 miliar, berbalik positif dari rugi Rp22,82 miliar pada periode sama tahun lalu. Selain itu, bagian laba entitas asosiasi dan ventura bersama juga meningkat menjadi Rp10,07 miliar dari rugi Rp14,47 miliar, sementara penghasilan bunga naik menjadi Rp15,38 miliar dari Rp9,12 miliar.
Baca Juga: Rekap 10 Saham Paling Cuan dalam Sepekan, NIRO Jawaranya!
Meski laba bersih tertekan, posisi keuangan GJTL tetap solid. Ekuitas perusahaan naik menjadi Rp10,1 triliun dari Rp9,45 triliun pada akhir tahun lalu. Total aset pun tumbuh menjadi Rp22,31 triliun, lebih tinggi dibanding Rp20,56 triliun di akhir 2024. Namun, liabilitas juga meningkat menjadi Rp12,2 triliun dari Rp11,1 triliun, yang mencerminkan adanya penambahan kewajiban untuk menopang ekspansi dan operasional.
Penurunan laba Gajah Tunggal menjadi sinyal tantangan yang dihadapi sektor otomotif nasional di tengah fluktuasi harga bahan baku global dan pelemahan permintaan ekspor. Meski demikian, fundamental perusahaan masih tergolong kuat dengan peningkatan ekuitas dan pengelolaan keuangan yang lebih efisien.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement