La Tulipe Rebranding, Strategi Cerdas Brand Lokal Hadapi Gempuran Kosmetik Global
Kredit Foto: Istimewa
Di tengah tekanan ekonomi global dan persaingan pasar yang kian ketat, industri kosmetik Indonesia menunjukkan ketahanan dan adaptasi yang kuat.
Salah satu pemain lama di sektor ini, PT Rembaka dengan merek La Tulipe, menegaskan komitmennya untuk memperkuat posisi sebagai brand lokal unggulan melalui strategi rebranding dan peningkatan segmentasi pasar domestik.
Chief Executive Officer PT Rembaka, Kuncoro Tanudirjo, menilai bahwa kondisi ekonomi dunia yang lesu tidak serta merta menghambat potensi industri kecantikan dalam negeri. Dengan populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa, termasuk dominasi konsumen perempuan, pasar kosmetik nasional dinilai masih sangat menjanjikan.
“Market kita sangat besar. Kami tidak bisa menolak masuknya produk asing, tapi produk lokal harus bisa bertahan dan berkembang di negeri sendiri,” ujar Kuncoro dalam acara peluncuran Rebranding La Tulipe di Bandung, Kamis (30/10/2025).
Menurutnya, keberhasilan mempertahankan eksistensi selama lebih dari empat dekade menjadi bukti bahwa La Tulipe memiliki daya saing yang kuat. Sejak berdiri pada tahun 1980, merek ini telah melewati berbagai fase ekonomi dan perubahan perilaku konsumen.
Kini, melalui rebranding, La Tulipe berupaya menjawab kebutuhan wanita Indonesia modern yang semakin sadar akan kualitas, keamanan, dan nilai dari produk dalam negeri.
“Perubahan ini bukan sekadar tampilan visual, tapi bagian dari strategi ekonomi kami agar tetap relevan dan dekat dengan konsumen. Kami memahami preferensi wanita Indonesia terus berubah, dan kami ingin menjadi bagian dari perjalanan mereka,”ungkapnya.
La Tulipe kini memfokuskan segmentasi pada perempuan usia 25 hingga 40 tahun, baik ibu rumah tangga maupun pekerja aktif. Produk unggulannya, seperti skin foundation, terus menjadi penopang utama penjualan. Selain itu, La Tulipe juga memperluas lini produk skincare dan kosmetik dekoratif yang diproduksi dengan standar tinggi dan formulasi minim alergi.
Kuncoro menekankan bahwa di tengah menjamurnya brand kosmetik baru yang bermain di harga murah, konsumen Indonesia kini semakin cerdas dalam memilih produk.
“Wanita Indonesia cukup smart. Mereka tidak hanya cari murah, tapi juga peduli dengan keamanan kulit. Kalau salah produk, biaya memperbaikinya jauh lebih mahal. Itu sebabnya, kami konsisten menjaga kualitas dan keamanan produk selama empat dekade,” jelasnya.
Sementara itu, La Tulipe menggelar rangkaian acara Rebranding Roadshow di tiga kota besar Bandung, Solo, dan Surabaya selama empat hari. Acara ini menampilkan edukasi kecantikan, pameran produk, dan interaksi langsung dengan konsumen untuk memperkuat hubungan emosional antara brand dan pasar lokal.
Product Development Executive La Tulipe, Grace Tanudirjo mengatakan perubahan identitas visual ini tidak menghapus akar sejarah brand, melainkan menegaskan kembali nilai-nilai yang telah ada sejak awal berdirinya.
Strategi rebranding ini tidak hanya menegaskan komitmen La Tulipe terhadap inovasi, tetapi juga menjadi langkah ekonomi penting dalam memperkuat kemandirian industri kecantikan nasional. Dengan menggandeng masyarakat untuk mencintai produk lokal, La Tulipe berharap dapat memperkuat rantai nilai ekonomi domestik dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.
"Kita ingin orang mengingat bahwa La Tulipe sudah berdiri sejak 1980. Proses rebranding ini seperti menemukan kembali jati diri brand, tapi dengan tampilan yang lebih modern,” ujarnya.
Logo baru La Tulipe kini tampil lebih luwes dan dinamis, dengan tetap mempertahankan simbol bunga tulip sebagai ciri khas. Warna ungu yang ikonik juga kembali dihadirkan secara dominan, sementara tulisan “EST. 1980” kini menggantikan tulisan “Cosmetics” untuk memperkuat pesan bahwa La Tulipe adalah brand yang telah terbukti bertahan selama puluhan tahun.
Grace menambahkan, rebranding ini tidak bermaksud mengubah segmen pasar menjadi lebih muda, melainkan memperluas jangkauan agar bisa dinikmati oleh berbagai generasi.
“Kami ingin La Tulipe tetap relevan bagi ibu-ibu muda, remaja, maupun konsumen loyal yang sudah bersama kami sejak dulu,” ujarnya
Grace mengungkapkan La Tulipe tengah mempersiapkan rangkaian produk baru, baik skincare maupun kosmetik dekoratif, yang seluruhnya telah diuji secara dermatologis (dermatologically tested). Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan produk sesuai regulasi terkini, mengingat pendiri La Tulipe, adalah seorang dermatolog yang sejak awal menanamkan prinsip kehati-hatian dalam formulasi produk.
“Dulu semua produk diuji secara internal untuk memastikan tidak menimbulkan alergi. Kini, kami melakukan pengujian di lembaga independen bersertifikat agar hasilnya terverifikasi secara ilmiah,”katanya.
Baca Juga: Sembako di Bawah Harga Pasar! Ratusan Warga Bandung Barat Serbu Gerakan Pangan Murah
Ke depan, La Tulipe berkomitmen untuk memperkuat segmen pasar perempuan produktif usia 25–40 tahun dengan pendekatan yang lebih modern, namun tetap mempertahankan keunggulan formulasi aman dan harga yang terjangkau.
Dengan strategi ini, La Tulipe tidak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga berkontribusi pada penguatan ekonomi kreatif nasional dan kemandirian industri kosmetik Indonesia di era persaingan global.
“Kami ingin terus menjadi brand yang dipercaya, aman, dan mendukung setiap perempuan tampil sebagai versi terbaik dirinya,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement