Kredit Foto: Sufri Yuliardi
PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) mencatat perbaikan kinerja keuangan yang signifikan sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Emiten jasa teknologi geospasial itu berhasil membalikkan posisi arus kas operasi menjadi positif sekaligus memperkuat likuiditas, mencerminkan optimisme terhadap daya tahan bisnis dan efektivitas strategi efisiensi yang dijalankan manajemen.
Berdasarkan laporan keuangan interim per 30 September 2025, arus kas neto dari aktivitas operasi GPSO berbalik positif sebesar Rp316,68 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan masih mencatat arus kas negatif atau rugi kas sebesar Rp6,07 miliar.
Direktur Utama PT Geoprima Solusi Tbk, Karnadi Margaka, menyebut pembalikan arus kas tersebut sebagai bukti kekuatan bisnis inti perusahaan.
“Arus kas operasi melesat, bukti kekuatan bisnis inti. Titik balik paling mencolok dari laporan keuangan GPSO adalah keberhasilan perusahaan membalikkan kinerja arus kas dari aktivitas operasi,” ujar Karnadi di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Baca Juga: GPSO Ganti Pengendali! Tjokro Group Masuk, Karnadi Hanya Pegang 27 Persen
Ia menjelaskan, pembalikan arus kas didorong oleh peningkatan penerimaan kas dari pelanggan yang melonjak 48,2% menjadi Rp7,70 miliar pada sembilan bulan 2025, dibandingkan Rp5,19 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Peningkatan tersebut menunjukkan efektivitas penagihan dan kelancaran arus transaksi bisnis utama GPSO.
Kinerja positif itu turut berdampak pada posisi kas dan efisiensi pengeluaran perusahaan. Per 30 September 2025, kas dan setara kas GPSO tercatat sebesar Rp2,26 miliar, naik 193% dibandingkan posisi akhir 2024 yang senilai Rp770,37 juta. Lonjakan ini memperkuat modal kerja dan fleksibilitas keuangan perusahaan dalam menjalankan proyek serta mengantisipasi kebutuhan operasional jangka pendek.
Selain itu, manajemen GPSO juga menunjukkan kemampuan pengendalian piutang yang kuat. Piutang usaha pihak ketiga neto turun drastis dari Rp4,75 miliar per 31 Desember 2024 menjadi hanya Rp167,99 juta pada akhir September 2025. Penurunan signifikan ini menandakan peningkatan efektivitas konversi piutang menjadi kas dan perbaikan kualitas aset lancar.
Dari sisi efisiensi, beban umum dan administrasi berhasil ditekan menjadi Rp5,50 miliar dari Rp6,23 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Langkah pengendalian biaya ini menjadi bagian dari strategi streamlining operasional yang difokuskan untuk menjaga margin laba di tengah kondisi pasar yang dinamis.
Perusahaan juga menunjukkan kesiapan ekspansi dengan peningkatan nilai persediaan menjadi Rp17,14 miliar per 30 September 2025, naik dari Rp16,71 miliar pada akhir 2024. Kenaikan ini menunjukkan langkah antisipatif GPSO terhadap potensi proyek besar di masa mendatang.
Baca Juga: PIMSF Resmi Jadi Pengendali Baru GPSO, Siapkan Tender Wajib Rp158 Miliar
Dari sisi kewajiban, total liabilitas jangka pendek berhasil ditekan menjadi Rp5,97 miliar dari Rp6,49 miliar per akhir 2024. Penurunan ini mencerminkan kebijakan pengelolaan utang yang lebih hati-hati dan memperkuat struktur keuangan jangka pendek perusahaan.
Karnadi menegaskan, seluruh capaian tersebut merupakan hasil dari strategi transformasi keuangan yang berfokus pada penguatan kualitas laba dan pengelolaan modal kerja. “Kami akan terus menjaga momentum positif ini dengan mengedepankan efisiensi dan kehati-hatian dalam setiap langkah strategis,” katanya.
Kinerja sepanjang sembilan bulan 2025 menandai fase transisi penting bagi GPSO, dari fokus pada volume penjualan menuju penguatan profitabilitas dan arus kas yang berkelanjutan. Dengan posisi likuiditas yang jauh lebih kuat, perusahaan optimistis mampu menjaga stabilitas dan tumbuh menghadapi tantangan ekonomi ke depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement