- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Lima Tahun Mangkrak dan Dililit Kasus, Prabowo Resmikan Proyek Petrokimia Terbesar di Asia Tenggara
Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa proyek petrokimia terbesar di ASEAN 'LOTTE Chemical Indonesia' (LCI) Cilegon, Banten yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto hari ini sempat mangkrak bertahun-tahun dan menyeret sejumlah pejabat ke ranah hukum sebelum akhirnya resmi beroperasi.
“Proyek ini sempat mangkrak selama 5–6 tahun,” ujar Bahlil di sela peresmian, Kamis (6/11/2025).
Menurut Bahlil, hambatan terbesar proyek bernilai Rp64 triliun itu terletak pada kawasan industri yang belum terselesaikan, sehingga menghambat pembangunan dan menimbulkan berbagai persoalan hukum.
“Banyak yang masuk sekolah gara-gara proyek ini waktu proses pembangunannya,” ucapnya, menyindir banyaknya pejabat yang tersangkut kasus akibat tata kelola yang buruk.
Baca Juga: Presiden Prabowo Hadiri Peresmian Pabrik Lotte Chemical Indonesia
Ia membeberkan kala ia menjabat Kepala BKPM, ia membentuk Satgas Investasi untuk menyelesaikan sengketa lahan tersebut dengan dukungan Kejaksaan dan Polri. Upaya intensif bahkan membuatnya sepuluh kali bolak-balik ke Korea selama masa pandemi untuk memastikan proyek tetap berjalan.
Meski dihantam berbagai tantangan, proyek ini akhirnya rampung dan diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara.
“Proyek ini merupakan salah satu investasi terbesar perusahaan Korea di Indonesia, melambangkan kemitraan yang kuat antara kedua negara, serta akan menjadi fondasi penting untuk memperkuat industri petrokimia Indonesia dan daya saing nasionalnya,” katanya.
Namun demikian, Bahlil menekankan bahwa pabrik petrokimia bukan hal baru di Indonesia, mengingat Chandra Asri telah lebih dulu membangun proyek serupa sekitar 30 tahun lalu.
Baca Juga: LOTTE Bintang Muda 2025 Bergulir, Diikuti 70 Talenta Terbaik Usia 10-12 Tahun
Asal tahu saja, kompleks LCI berdiri di atas lahan 110 hektare dengan kapasitas produksi naphtha cracker 3 juta ton per tahun. Dari fasilitas tersebut, akan dihasilkan 1 juta ton etilena, 520 ribu ton propilena, dan 350 ribu ton polipropilena setiap tahun.
Secara total, pabrik ini mampu memproduksi 15 jenis produk utama — termasuk etilena, propilena, dan turunannya — yang menjadi bahan baku penting bagi industri hilir seperti peralatan medis, karet sintetis, kabel listrik, otomotif, hingga produk manufaktur.
Fasilitas ini mulai beroperasi komersial pada Oktober 2025, menjadikannya kompleks petrokimia terbesar di ASEAN milik LOTTE Group.
Dari sisi teknologi, LCI mengusung desain efisiensi energi tinggi dan sistem rendah karbon, mampu menggunakan hingga 50% LPG sebagai bahan baku, serta didukung oleh sistem digital Asset Information Management (AIM) berbasis 3D untuk pengelolaan data dan pemeliharaan preventif.
Baca Juga: Rosan Roeslani: Danantara Kaji Tawaran 35 Persen Kepemilikan di Proyek Kimia Lotte Cilegon
"Total kapasitas produksinya sekitar 70 persen akan dipasarkan di dalam negeri dan 30 persennya di luar negeri. Total nilainya, revenue-nya, jualannya per tahun itu 2 miliar USD," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement