Kredit Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Bank of Japan (BOJ) sebaiknya menunda kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini dan menunggu setidaknya hingga Januari 2026. Hal itu guna mendukung ekonomi yang rapuh dari Negeri Sakura.
Kepala Ekonom Credit Agricole, Takuji Aida mengatakan pemerintah perlu melindungi rumah tangga dari tekanan biaya hidup melalui belanja fiskal besar-besaran sampai pendapatan riil masyarakat kembali positif.
Baca Juga: Jepang Dukung Bank Uji Coba Penerbitan Stablecoin
“Akan sangat berisiko bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga pada Desember. Hal itu mengingat ekonomi kemungkinan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga,” ujar Aida, dilansir dari Nikkei, Selasa (11/11).
Menurutnya, langkah tersebut juga akan bertentangan dengan upaya pemerintah yang tengah berfokus pada stimulus ekonomi skala besar.
Ia menilai awal tahun depan akan menjadi waktu yang lebih tepat untuk menaikkan suku bunga, jika bank sentral dapat memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang solid pada tahun fiskal 2026.
BOJ sebelumnya mengakhiri kebijakan stimulus besar-besaran selama satu dekade dan menaikkan suku bunga ke 0,5% di Januari 2025. Mereka kemudian menahannya hingga saat ini.
Banyak analis memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga menjadi 0,75% di Desember atau Januari 2026.
Aida memperkirakan bahwa bank sentral akan lebih leluasa mengatur kebijakan moneter dengan dorongan pertumbuhan dari stimulus fiskal yang mulai terasa pada 2027.
Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) Bakal Tawarkan Obligasi dan Sukuk Senilai Total Rp2,2 Triliun
BOJ menurutnya juga dapat mempertimbangkan kenaikan bertahap setiap kuartal, hingga suku bunga kebijakan mencapai 2% pada 2028.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement