Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Buka Paviliun di COP30, Menteri Hanif Faisol: Indonesia siap jadi Jembatan Hijau Dunia

Indonesia Buka Paviliun di COP30, Menteri Hanif Faisol: Indonesia siap jadi Jembatan Hijau Dunia Kredit Foto: KLH
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia resmi membuka Paviliun Indonesia di ajang Konferensi Perubahan Iklim Dunia (COP30) di Brasil. Langkah ini menjadi panggung utama bagi Indonesia untuk menampilkan komitmen dan capaian konkret dalam menjaga lingkungan sekaligus mengembangkan ekonomi hijau.

Paviliun yang dibuka oleh Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) ini berfungsi sebagai “jembatan hijau” yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara lain, kalangan bisnis, dan masyarakat global.

“Kita tidak hanya hadir untuk bernegosiasi, tetapi untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi jembatan hijau dunia,” ujar Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq saat pembukaan di Brasil, Senin (10/11).

Selama dua pekan penyelenggaraan COP30, Paviliun Indonesia akan menjadi pusat berbagai kegiatan strategis. Tercatat lebih dari 50 sesi diskusi dan forum tematik akan digelar, membahas beragam inisiatif Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim.

Baca Juga: Indonesia Tunjukkan Kepemimpinan Iklim Dunia di COP30 Belém

Beberapa tema utama yang diangkat antara lain upaya menjaga hutan tropis Indonesia yang menjadi paru-paru dunia, transisi menuju energi bersih, pengelolaan sampah berbasis inovasi, serta penerapan industri ramah lingkungan yang berorientasi pada pengurangan polusi.

Langkah-langkah ini, menurut Hanif, menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dan pelestarian alam tidak harus berjalan berlawanan arah. “Paviliun ini adalah cerminan langkah nyata Indonesia untuk membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa sejalan dengan keberlanjutan lingkungan,” katanya.

Salah satu agenda paling menarik di Paviliun Indonesia adalah forum “Seller Meet Buyer” yang mempertemukan penjual dan pembeli kredit karbon. Mekanisme ini memungkinkan perusahaan atau negara yang berhasil menekan emisi karbon memperoleh kredit karbon yang dapat dijual kepada pihak lain yang masih menghasilkan emisi tinggi.

Pendapatan dari perdagangan ini dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan, seperti penanaman hutan, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Pemerintah memperkirakan potensi ekonomi dari pasar karbon Indonesia dapat mencapai hingga USD 7,7 miliar per tahun.

“Pasar karbon bukan sekadar transaksi ekonomi. Ini adalah cara kita menegakkan integritas dan membangun kepercayaan dunia,” tegas Hanif.

Baca Juga: Indonesia–Inggris Teken MoU Hijau di COP30, Tandai Babak Baru Diplomasi Iklim Dunia

Kehadiran Paviliun Indonesia di COP30 membawa sejumlah manfaat strategis. Pertama, memperkuat citra Indonesia sebagai pemimpin regional dalam aksi iklim dan pelestarian lingkungan. Kedua, membuka peluang ekonomi hijau yang menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi bersih, kehutanan, dan industri berkelanjutan.

Selain itu, berbagai inisiatif hijau yang ditampilkan di paviliun tersebut diharapkan dapat menginspirasi negara lain untuk memperluas kolaborasi global dalam pengendalian perubahan iklim.

Langkah ini juga sejalan dengan visi Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Dengan Paviliun Indonesia di COP30, negeri ini tidak sekadar berbicara tentang masa depan hijau — tetapi menunjukkan bahwa masa depan itu sedang dibangun sekarang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: