- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Laba Emiten di Pasar Modal Terkontraksi Hingga 4%, RHB Yakin 2026 Membaik
Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Penurunan laba emiten Indonesia sepanjang sembilan bulan pertama 2025 masih membayangi kinerja pasar modal, meski sejumlah sektor defensif menunjukkan perbaikan.
RHB Sekuritas dalam riset yang dikutip Senin (17/11/2025) mencatat laba agregat emiten baru mencapai sekitar 72–73 persen dari target tahunan, sementara secara tahunan kinerja masih terkontraksi sekitar 4 persen. Temuan ini menegaskan bahwa pemulihan korporasi tidak berlangsung merata di tengah tekanan biaya dan permintaan yang belum pulih penuh.
Menurut laporan tersebut, ketimpangan kinerja terlihat dari sebaran pencapaian laba: sekitar 35 persen sektor mampu melampaui ekspektasi analis, 29 persen bergerak sesuai perkiraan, dan 35 persen tertinggal dari proyeksi. RHB menilai pola ini mencerminkan pemulihan yang masih rapuh, terutama pada kelompok usaha yang sensitif terhadap fluktuasi ekonomi.
Sektor defensif menjadi penopang utama di tengah pelemahan agregat. RHB menyebut kelompok perunggasan, kesehatan, tembakau, teknologi, dan konsumsi mendapat dukungan dari permintaan stabil dan tekanan biaya yang mulai mereda. Kestabilan tersebut dinilai membantu mengimbangi penurunan tajam pada sektor siklikal, yang masih menghadapi hambatan dalam menyesuaikan biaya produksi dan respons pasar.
Sebaliknya, emiten telekomunikasi, semen, energi terbarukan, dan ritel mencatat hasil di bawah ekspektasi. Riset menilai lemahnya serapan pasar serta peningkatan beban produksi menjadi faktor yang menekan pergerakan laba, membuat sektor-sektor tersebut sulit keluar dari fase pemulihan yang tertunda. Emiten padat modal seperti perbankan, otomotif, dan properti menunjukkan kinerja stabil, meski belum mampu mencatat pertumbuhan kuat.
RHB juga melihat adanya perubahan dinamika pada kuartal III-2025 yang memberi sinyal awal percepatan pemulihan. Sektor perunggasan menonjol dengan lonjakan laba 211 persen secara kuartalan dan 111 persen secara tahunan.
“Kenaikan harga broiler serta permintaan tambahan dari program pemerintah Makan Bergizi Gratis mendorong perbaikan signifikan di sektor ini,” tulis riset tersebut.
Pada saat yang sama, perbankan mencatat pertumbuhan laba 8,2 persen secara kuartalan, terutama berkat peningkatan kinerja Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia. Penurunan provisi dan efisiensi biaya disebut menjadi faktor pemulih utama. Sektor tembakau menjadi kejutan, dengan lonjakan laba hingga 1.412 persen secara kuartalan berkat penjualan solid dan penyesuaian harga jual.
Kinerja positif juga terlihat pada kelompok kesehatan dan teknologi, sementara bank digital—terutama Bank Neo Commerce—mencatat peningkatan kualitas aset seiring turunnya provisi.
Meski demikian, RHB menilai pemulihan pada kelompok siklikal masih membutuhkan katalis tambahan. Penurunan suku bunga dan dorongan fiskal yang diperkirakan mulai berlangsung pada kuartal IV-2025 hingga 2026 dipandang berpotensi menopang perbaikan, khususnya dalam meredakan beban biaya dan mendorong permintaan yang lebih luas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement