Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permainan Tradisional Dapat Penuhi Hak Anak Sekaligus Lestarikan Budaya

Permainan Tradisional Dapat Penuhi Hak Anak Sekaligus Lestarikan Budaya Kredit Foto: Dok. Kemen PPPA
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengungkapkan permainan tradisional berbasis kearifan lokal dapat menjadi pendekatan efektif dalam pemenuhan hak anak sekaligus pelestarian budaya bangsa.

Hal tersebut dibuktikan dengan sambutan positif yang diberikan masyarakat saat permainan tradisional dihadirkan sebagai kegiatan utama dalam perayaan Hari Anak Nasional 2025 dan pameran Inacraft Oktober 2025 kolaborasi Kemen PPPA bersama Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI).

Baca Juga: Pariwisata Indonesia Menuju Arah Berkualitas dan Berkelanjutan

Menteri PPPA menyampaikannya saat menghadiri Musyawarah Nasional Ke-2 KPOTI Tahun 2025 yang diselenggarakan di Taman Mini, Jakarta.

Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa meningkatnya kekerasan terhadap anak dipengaruhi lima faktor utama: ekonomi, pola asuh, media sosial, lingkungan, dan pernikahan usia anak. Penggunaan gawai tanpa pendampingan orang tua turut memicu persoalan fisiologis, psikologis, penurunan kemampuan sosial–akademik, bahkan berkaitan dengan sejumlah kasus kekerasan. 

Karena itu, permainan tradisional dinilai sebagai solusi efektif untuk menstimulasi motorik, kognitif, emosional, serta sosial anak, sekaligus menanamkan nilai kejujuran, kerja sama, ketangguhan, dan karakter positif lainnya.

“Dari kasus yang kami tangani langsung, 90 persen kekerasan yang melibatkan anak dipicu oleh penggunaan media sosial yang tidak bijaksana dan minim pendampingan. Anak-anak tidak bisa lagi sekadar dilarang bermain gawai. Karena itu, kami mencari solusi yang mampu menghadirkan interaksi langsung, nilai kebersamaan, dan pembentukan karakter. Permainan tradisional memiliki filosofi yang kuat dalam setiap permainan, ada nilai kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, dan sportivitas yang secara alami menumbuhkan karakter anak Indonesia,” jelas Menteri PPPA.

Sebagai langkah konkret, Menteri PPPA menyampaikan bahwa Kemen PPPA tengah mengupayakan penyediaan ruang permainan tradisional berbasis kearifan lokal di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) setiap akhir pekan, yang akan berkolaborasi dengan KPOTI. 

Inisiatif ini akan diperluas ke seluruh provinsi agar anak-anak memiliki lebih banyak ruang sosial alternatif di luar penggunaan gawai. 

Selain itu, Kemen PPPA juga mendorong pembentukan Museum Permainan Tradisional bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan sebagai upaya pelestarian budaya.

“KPOTI adalah mitra strategis kami dalam membangun kebersamaan, memperkuat karakter, dan menjaga nilai-nilai Pancasila di tengah keberagaman bangsa. Jika kita bergerak bersama, saya yakin permainan tradisional akan menjadi kekuatan besar dalam membentuk generasi anak Indonesia yang berbudaya, tangguh, dan berkarakter,” tegas Menteri PPPA.

Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Pusat, M Zaini Alif menyampaikan permainan rakyat dan olahraga tradisional bukan sekadar hiburan, melainkan bahasa budaya yang membentuk cara berpikir, cara bekerja sama, dan cara bangsa memahami dunia. 

Indonesia adalah bangsa yang lahir dari keberagaman, dan keberagaman itu tercermin jelas dalam permainan tradisional kita dari congklak yang mengajarkan strategi dan kesabaran, gobak sodor yang menumbuhkan keberanian dan kerja tim, hingga tarik tambang dan egrang yang menegaskan pentingnya kekompakan dan keseimbangan antara tradisi serta modernitas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: