Kredit Foto: Romus Panca
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batam tahun 2025 kembali menjadi sorotan. Data terbaru menunjukkan bahwa meski sejumlah sektor pajak berhasil melampaui target dengan capaian impresif, beberapa sektor lainnya justru tersungkur jauh di bawah harapan.
Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BP2RD) Kota Batam, Raja Azmansyah, dalam beberapa kesempatan memaparkan, kondisi ini mencerminkan dinamika ekonomi Batam yang bergerak cepat, namun belum sepenuhnya merata. Sementara APBD Batam 2025 sekitar Rp4,079 triliun untuk mendorong segala sektor bergerak maju.
Menurut Raja Azmansyah, sektor Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) masih menjadi tulang punggung penerimaan. Dari target Rp721,1 miliar, realisasinya justru menembus Rp791,65 miliar atau 109,78 persen. “PBJT masih menjadi indikator vital geliat ekonomi Batam. Kenaikan ini menunjukkan perputaran ekonomi yang sangat aktif,” ujarnya.
Dari data sistem informasi penerimaan daerah Batam, pada Kamis (12/12/25), PBJT menunjukkan bahwa perilaku konsumsi masyarakat Batam kembali bergairah. Sektor makanan dan minuman tercatat mencapai 115 persen, memperlihatkan kuatnya aktivitas kuliner dan hospitality.
Konsumsi tenaga listrik baik rumah tangga, komersial, maupun industri melampaui target dengan 110,35 persen, mengindikasikan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Sementara itu, perhotelan membukukan realisasi 105,84 persen, sejalan dengan kembalinya arus wisatawan dan kegiatan bisnis sepanjang 2025.
Hal yang cukup menarik, sektor kesenian dan hiburan justru menjadi pemenang dengan capaian 117,74 persen. “Ini menandakan kebutuhan masyarakat terhadap hiburan makin meningkat. Industri kreatif di Batam tumbuh signifikan,” jelas Raja.
Namun, tidak semua sektor PBJT beruntung. Jasa parkir hanya mencapai 65,85 persen, turun jauh dari target. Raja menyebut masih banyak tantangan dalam penataan parkir, mulai dari regulasi hingga pengawasan. “Parkir ini menjadi PR besar, karena potensi sebenarnya jauh lebih besar dari angka yang terlihat.”
Di luar PBJT, beberapa sektor pajak menunjukkan pertumbuhan yang kontras. BPHTB mencatat kenaikan mencolok dengan realisasi 117,84%, mencerminkan tingginya transaksi jual beli properti di Batam. Opsen PKB bahkan melesat hingga 131,05%, mengindikasikan penambahan jumlah kendaraan bermotor. Namun, Opsen BBNKB justru stagnan dengan 70,73%, menandakan menurunnya minat pembelian kendaraan baru.
Raja menambahkan bahwa dinamika ini sangat terkait dengan perubahan pola konsumsi dan kondisi ekonomi masyarakat. “Penambahan kendaraan tetap tinggi, namun pembelian kendaraan baru melambat. Ini menunjukkan masyarakat cenderung bertahan dengan aset yang sudah dimiliki.”
Di sisi lain, kinerja pajak reklame (70,91%) dan pajak mineral bukan logam & batuan (74,42%) masih membutuhkan perhatian. Kedua sektor tersebut dipengaruhi oleh aktivitas bisnis dan konstruksi yang mengalami fluktuasi dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Terima Kunjungan BP Batam, PURI Perkuat Komitmen dalam Pengembangan Proyek Strategis
Jika sektor pajak menunjukkan kombinasi antara pertumbuhan dan stagnasi, kondisi retribusi daerah 2025 memperlihatkan tantangan yang lebih serius. Mayoritas retribusi masih berada di bawah 80 persen dari target. Seperti retribusi kebersihan hanya mencapai 54,50 persen dan pelayanan pasar berada di angka 62,53 persen, serta pelayanan kepelabuhanan justru terpuruk pada 51,42 persen.
Tak bisa dipungkiri, bahwa sektor retribusi membutuhkan langkah pembenahan yang lebih terstruktur. “Retribusi sangat bergantung pada layanan yang diberikan pemerintah. Jika tata kelola, pelayanan, dan sistem penarikan belum maksimal, pemasukan otomatis tidak akan optimal,” tegasnya.
Di tengah capaian yang belum merata itu, ada juga retribusi yang menunjukkan performa positif. Pemanfaatan aset daerah mencapai 81,82 persen, sementara Retribusi Tenaga Kerja Asing (TKA) mencatat angka tinggi di 92,23%, menunjukan kuatnya kebutuhan tenaga ahli di Batam yang didominasi sektor industri dan manufaktur.
Raja menegaskan, bahwa pihaknya akan terus memperbaiki sistem, meningkatkan pengawasan, serta mendorong digitalisasi layanan pajak dan retribusi. “Kita harus memahami dinamika ekonomi ini dengan tepat. Sektor yang tumbuh harus terus kita dorong, sementara sektor yang melemah harus kita perbaiki strategi pemungutannya.”
Dengan capaian yang beragam, mulai dari pajak yang melampaui target hingga retribusi yang jauh di bawah harapan Batam menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan PAD. Namun, di balik itu semua, data 2025 menjadi alarm dan juga peluang untuk mengarahkan kebijakan lebih tajam dan efektif.
“Yang jelas. Batam punya potensi yang sangat besar. Tantangannya tinggal bagaimana kita mengoptimalkan semua sektor secara seimbang,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Romus Panca
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement