Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Selanjutnya, Pemerintah juga terus memperkuat agenda hilirisasi industri, salah satunya dengan meningkatkan nilai tambah nasional dan mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Lonjakan ekspor nikel yang meningkat dari USD3,3 miliar pada 2017 menjadi USD33,9 miliar pada 2024 menunjukkan keberhasilan transformasi industri yang signifikan.
Sejalan dengan itu, realisasi investasi pada Q3-2025 mencapai Rp431,4 triliun, atau tumbuh 58,1% (yoy), mencerminkan tingginya minat investor terhadap sektor hilirisasi.
Pada ekosistem kendaraan listrik, pangsa pasar mobil listrik melonjak menjadi 18,27% pada 2025, didukung ekspansi industrialisasi berbasis bauksit, tembaga, dan rumput laut sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Berbagai upaya peningkatan mesin pertumbuhan baru juga tersebut juga didukung dengan perluasan integrasi ekonomi Indonesia dengan pasar global yang dilakukan Pemerintah melalui percepatan berbagai perjanjian perdagangan dan kemitraan strategis.
Melalui Indonesia–Canada CEPA, lebih dari 90% pos tarif memperoleh preferensi yang membuka peluang peningkatan ekspor hingga USD11,8 miliar.
Sementara itu, Indonesia–EU CEPA juga memberikan akses tarif 0% bagi 90,4% produk Indonesia ke pasar Uni Eropa. Di sisi lain, proses aksesi Indonesia ke OECD dan eksplorasi kerja sama dalam CPTPP menjadi langkah penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan menyesuaikan standar kebijakan ekonomi dengan praktik internasional, guna mendorong transformasi dan pertumbuhan jangka panjang.
“Kemajuan ekonomi 2026 adalah hasil kerja kolektif. Mari bersama kita jaga momentum optimisme melalui sinergi kebijakan untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," pungkas Juru Bicara Haryo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement