Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Sekadar Izin IAEA, Kunci PLTN RI Ada di HPP yang Kompetitif

Bukan Sekadar Izin IAEA, Kunci PLTN RI Ada di HPP yang Kompetitif Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia menargetkan program Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) perdana dapat menghasilkan tarif listrik yang kompetitif bagi PT PLN (Persero). 

Harga jual listrik dari pembangkit nuklir ini diharapkan mampu bersaing dengan sumber energi lainnya.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan bahwa efisiensi biaya merupakan pertimbangan utama dalam pengembangan energi nuklir nasional.

“Harapannya dengan adanya PLTN, harga HPP yang dijual ke PLN atau yang dibeli PLN bisa lebih bersaing,” ujar Yuliot Tanjung kepada wartawan di Kementerian ESDM, Jumat (12/12/2025).

Baca Juga: Sepenuh Hati Menyambut PLTN: Kesempatan dari Thorcon untuk Indonesia

Sebelum melangkah pada penetapan mitra, Pemerintah saat ini tengah menuntaskan regulasi kunci berupa Rancangan Keputusan Presiden (Keppres) sebagai landasan hukum program tersebut. Keppres ini telah melalui proses harmonisasi dan kini memasuki tahap pengundangan.

Keberadaan Keppres ini menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan persetujuan internasional.

“Untuk PLTN kita harus memenuhi persyaratan International Atomic Energy Agency (IAEA). Rancangan Keppres-nya sudah selesai harmonisasi dan dalam proses pengundangan. Setelah itu, kita akan menyampaikannya ke IAEA untuk mendapatkan persetujuan sebagai Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO),” jelas Yuliot.

Minat Mitra Global dan Opsi Teknologi

Penyelesaian regulasi tersebut akan membuka jalan bagi Pemerintah untuk menetapkan calon mitra pembangunan PLTN. Yuliot mengakui bahwa sejumlah negara dan vendor teknologi telah menyatakan minatnya.

Dari kunjungan resmi Presiden baru-baru ini, Rusia menjadi salah satu negara yang menawarkan kerja sama energi dan nuklir. Selain itu, vendor teknologi dari Korea dan Kanada juga telah menghubungi Pemerintah.

Baca Juga: Iran Siap Capai Kesepakatan Nuklir Damai Bareng AS

Pemerintah akan melakukan evaluasi komprehensif untuk memilih teknologi yang paling optimal, baik dari sisi investasi maupun output produksi. Evaluasi ini mencakup dua opsi utama: small modular reactor (SMR) dan PLTN skala besar.

Yuliot menjelaskan, teknologi SMR umumnya memiliki kapasitas sekitar 250 MW. Sementara itu, PLTN skala besar dapat menghasilkan daya hingga 1.400 MW.

“Kita akan memilih mana yang lebih efisien, kompetitif, dan paling optimal dari sisi output. Pertimbangannya termasuk besaran investasi, kemampuan produksi, serta efisiensi pembangkit,” tutup Yuliot.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: