- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Masuk Bisnis Offshore, CBRE Targetkan Pendapatan dan Laba Tumbuh 30% di 2026
Kredit Foto: Annisa Nurfitri
PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) menyiapkan transformasi bisnis ke sektor jasa penunjang offshore sebagai strategi utama menghadapi tantangan dan peluang industri energi pada 2026. Melalui pergeseran model bisnis ini, perseroan menargetkan peningkatan pendapatan dan laba bersih minimal 30% secara tahunan (year-on-year/YoY) yang ditopang kontrak jangka panjang, optimalisasi aset, dan penguatan ekosistem mitra berpengalaman.
Direktur Utama CBRE Suminto Husin Giman menyampaikan bahwa transformasi ke sektor offshore merupakan langkah strategis untuk menjawab keterbatasan pengalaman dan kebutuhan modal yang menjadi tantangan utama perseroan.
“Kalau challenge dan opportunity, ini kan kita melakukan transformasi ke sektor offshore. Salah satu challenge yang paling besar itu ada di pengalaman dan modal,” ujar Suminto dalam sesi tanya jawab Public Expose Tahunan CBRE di Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Baca Juga: Minim Proyek Baru, OASA Masih Menderita Rugi dan Hanya Bergantung ke Proyek Lama
Ia menjelaskan, struktur transformasi yang ditempuh perseroan diharapkan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja dan nilai perusahaan. “Manuver yang kita lakukan itu bisa memberikan dampak yang besar terhadap perseroan. Dan kami harapkan di 2026 dengan transformasi ini, dengan kami bisa menghadapi semua tantangan ini dan akhirnya corporate action kita tercapai, bisa membawa dampak yang positif bagi para pemangku kepentingan seperti stakeholders,” katanya.
Untuk memperkuat kapabilitas operasional, CBRE menggandeng dua mitra engineering, procurement, construction, installation, and commissioning (EPCIC) berskala besar, yakni PT Gunanusa Utama Fabricators dari Indonesia dan Hilong Group dari China. Kolaborasi ini mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia serta dukungan teknologi transportasi dan instalasi offshore.
“Di belakang ekosistem kita itu kan ada dua EPCIC yang besar. Satunya yang dari China, satu yang dari Indonesia,” ujar Suminto.
Melalui kemitraan tersebut, CBRE mengamankan kontrak time charter kapal Pipe Laying & Lifting Vessel GUNANUSA HAI LONG 106 dengan PT Gunanusa Utama Fabricators untuk jangka waktu delapan tahun. Kontrak ini memiliki tarif USD 90.000 per hari saat kapal beroperasi dan USD 50.000 per hari saat stand-by, dengan estimasi nilai kontrak sekitar Rp4 triliun selama periode kerja sama.
Suminto menilai kerja sama dengan mitra yang telah memiliki pangsa pasar memberi keuntungan strategis bagi perseroan. “Sebenarnya ini sektor kan sangat kompetitif. Oleh sebab itulah kami menggandeng partner yang sudah punya pengalaman untuk masuk ke industri ini. Jadi mereka sendiri kan sudah punya market share. Secara tidak langsung CBRE ini sudah mendapatkan privilege. Jadi kita ikut ke market share-nya mereka,” ujarnya.
Kapal GUNANUSA HAI LONG 106 akan digunakan untuk mendukung proyek Hidayah Field Phase 1 Development Project milik Petronas di perairan utara Madura. Proyek ini merupakan bagian dari pekerjaan EPCIC yang mencakup pembangunan wellhead platform, pemasangan pipa bawah laut, hingga fasilitas pipeline end terminal.
Baca Juga: Masuk Pasar Pelayaran Internasional, SHIP akan Beli Kapal Baru Senilai USD80,5 Juta
Dalam paparan manajemen, CBRE menargetkan peningkatan pendapatan melalui kontribusi kontrak long-term charter, efisiensi biaya operasional sebesar 10–15%, serta penguatan disiplin arus kas dan pengelolaan piutang. Perseroan juga berencana mengembangkan divisi baru yang fokus pada offshore services dan dukungan energi terbarukan, termasuk offshore wind farm installation support.
Dari sisi kinerja, pada kuartal III 2025 CBRE membukukan pendapatan Rp28,54 miliar, turun dari Rp41,97 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rugi sebelum pajak tercatat Rp32,49 miliar, meningkat dibandingkan Rp17,45 miliar pada kuartal III 2024. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh belum optimalnya pemanfaatan aset kapal yang masih menjalani masa docking, sementara biaya operasional tetap berjalan.
Manajemen menyatakan perseroan tidak memberikan janji proyeksi laba secara eksplisit. “Perseroan kita tidak mau menjanjikan sesuatu yang belum terlihat,” kata Suminto, seraya menegaskan bahwa investor diharapkan mencermati variabel dan informasi yang telah dipublikasikan untuk mengambil keputusan secara mandiri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement