- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Bursa Asia Melemah, Saham Teknologi Kembali Tertekan Kekhawatiran Valuasi AI
Kredit Foto: Istimewa
Bursa Asia ditutup melemah pada perdagangan di Kamis (18/12). Saham-saham teknologi kembali tertekan oleh kekhawatiran berkelanjutan terhadap valuasi yang dinilai terlalu tinggi akibat euforia kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Dilansir Jumat (19/12), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China menjadi sosortan dalam perdagangan kali ini:
- Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,12% ke 25.498,13
- CSI 300 (China): Turun 0,59% ke 4.552,79
- Shanghai Composite (China): Naik 0,16% ke 3.876,37
- Nikkei 225 (Jepang): Turun 1,03% ke 49.001,50
- Topix (Jepang): Turun 0,37% ke 3.356,89
- Kospi (Korea Selatan): Turun 1,53% ke 3.994,51
- Kosdaq (Korea Selatan): Turun 1,07% ke 901,33
Saham teknologi secara luas melanjutkan pelemahan, dengan investor masih bersikap hati-hati terhadap lonjakan valuasi berbasis akal imitasi dalam dua tahun terakhir. Keraguan atas keberlanjutan kenaikan tersebut mendorong aksi ambil untung yang signifikan dallam sektor teknologi, sehingga menahan pergerakan pasar secara keseluruhan.
Selain itu, kehati-hatian menjelang kejelasan arah suku bunga turut menekan minat terhadap saham teknologi. Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada Januari 2026.
Di Jepang, pasar saham turut melemah seiring meningkatnya keyakinan kenaikan suku bunga dari Bank of Japan. Ekspektasi kebijakan hawkish ini menekan sentimen investor terhadap aset berisiko.
Taruhan terhadap kenaikan suku bunga didorong oleh pelemahan yen yang berkelanjutan serta tekanan inflasi domestik yang semakin sulit dikendalikan. Dua faktor tersebut sebelumnya telah disoroti oleh bank sentral Jepang sebagai isu yang perlu ditangani.
Baca Juga: Harimas Lepas Lagi 180 Juta Saham IMPC, Ini Tujuannya
Di China, pergerakan pasar cenderung fluktuatif dalam beberapa sesi terakhir. Investor berspekulasi mengenai rencana pemerintah untuk meluncurkan stimulus tambahan, terutama setelah sejumlah data ekonomi terbaru menunjukkan pelemahan yang menambah ketidakpastian terhadap prospek pemulihan ekonomi negara tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement