WE Online, Jakarta - PT Bank Internasional Indonesia Tbk ("BII" atau "Bank") hari ini mengumumkan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non Pengendali (PATAMI) naik 13,9% menjadi Rp388 miliar pada semester pertama yang berakhir 30 Juni 2015 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berakhir 30 Juni 2014 sebesar Rp341 miliar di tengah terjadinya perlambatan ekonomi makro. Kinerja yang membaik ini didukung oleh meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang dicapai melalui kedisiplinan Bank dalam melakukan pricing pinjaman, liability management yang aktif dan penerapan Strategic Cost Management Program (SCMP) yang intensif di seluruh Bank.
Iklim bisnis yang penuh tantangan dan melemahnya ekonomi domestik juga mempengaruhi pertumbuhan kredit Bank pada semester pertama 2015. Bank mencatat pertumbuhan kredit sebesar 2,4% dari Rp106 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp108.5 triliun pada Juni 2015.
Perbankan Bisnis dan Perbankan Ritel terus menjadi pendorong pertumbuhan bagi Bank, sementara Perbankan Global memperkuat fokus pada re-profiling portofolio korporasi serta penyelarasan bisnis dengan redefinisi risk appetite untuk meningkatkan kualitas kredit korporasi.
Kredit Perbankan Ritel mencatat pertumbuhan kredit sebesar 14,2% dari Rp38,3 triliun menjadi Rp43,8 triliun, Kredit Perbankan Bisnis tumbuh 13,1% dari Rp38,3 triliun menjadi Rp43,3 triliun, sementara kredit Perbankan Global turun 27,2% dari Rp29,4 triliun menjadi Rp21,4 triliun. Kredit Perbankan Ritel dan Kredit Perbankan Bisnis masing-masing memberikan kontribusi 40% dari total portofolio kredit Bank sementara kredit Perbankan Global memberikan kontribusi sebesar 20% dari total kredit Bank.
Kredit Perbankan Ritel mencatat pertumbuhan yang kuat pada semester pertama 2015. Portofolio KPR tumbuh 15,6% menjadi Rp17,2 triliun dengan kualitas aset yang baik, sementara Unsecured loans meningkat 19,7% dengan Kredit Tanpa Agunan naik 48,6% dan tagihan Kartu Kredit meningkat 8,8%. Perbankan Elektronik juga menunjukkan perkembangan yang kuat dengan 81% transaksi ritel menggunakan saluran elektronik Bank, mendorong pertumbuhan pada volume saluran elektronik.
Bank juga mencatat perkembangan positif pada Perbankan Bisnis seperti tercermin dari kenaikan sebesar 14,7% pada kredit Komersial dari Rp21,8 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp25,0 triliun pada Juni 2015 serta peningkatan sebesar 7,2% pada portofolio kredit UKM dari Rp15,9 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp17,0 triliun pada Juni 2015 dengan metric kualitas aset yang tetap baik. Sementara, produk pembiayaan mikro “PIJAR” (Pilihan Bijak Mitra Usaha) menunjukkan hasil menggembirakan dengan kenaikan 118% pada kredit mikro dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi sebesar Rp1,2 triliun.
Inovasi produk dari Perbankan Bisnis terus mendorong pertumbuhan pada portofolio Perbankan Bisnis serta arus pendapatannya. Pada semester pertama 2015, tim Perbankan Bisnis berhasil memenangkan penghargaan, diantaranya adalah “Financial Insights Innovation Awards 2105 (FIIA 2015) dari IDC Financial Insights pada kategori CoOLPay (Corporate On-Line Payment) & BII Sinergi (Distribution Card) untuk Financial Supply Chain Management (FSCM) serta “the Best SME Bank 2015 Award” dari Alpha Southeast Asia diantara lebih dari 200 Bank di seluruh Asia Tenggara.
Bisnis Perbankan Syariah terus menunjukkan hasil yang menggembirakan sejak penerapan strategi Sharia First di seluruh unit usaha dan cabang dan memperbaiki model bisnisnya. Total pembiayaan Syariah tumbuh 50,8% dari Rp4,9 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp7,4 triliun pada Juni 2015 dan menyumbangkan 7% dari total portofolio kredit Bank. Laba bersih Perbankan Syariah meningkat tajam dari rugi sebesar Rp27 miliar pada Juni 2014 menjadi Rp107 miliar di Juni 2015.
Simpanan Nasabah menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,1% pada semester pertama 2015 dari Rp105,9 triliun per 30 Juni 2014 menjadi Rp107,1 triliun per 30 Juni 2015. Hal ini disebabkan Bank mengurangi ketergantungannya pada deposito berjangka dan memperbaiki deposit mix dengan meningkatkan CASA. Bank secara disiplin melakukan kontrol pada likuiditas volume dan pricing, sementara terus menjalankan inisiatif CASA di seluruh unit bisnis.
Rasio Loan-to-Deposit (LDR)(Bank saja, tidak termasuk anak perusahaan) tercatat sebesar 89,71% per 30 Juni 2015, sementara LDR konsolidasian modifikasi Bank (yaitu Loan to Funding Ratio) termasuk pinjaman, penerbitan sekuritas, sub debt dan simpanan nasabah tetap berada pada tingkat yang aman yaitu 83,77%.
Pendapatan Bunga Bersih (NII) Bank meningkat 10,9% dari Rp2,8 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp3,1 triliun pada Juni 2015 karena Marjin Bunga Bersih Bank naik menjadi 4,73% dari 4,48%.
Pendapatan operasional lainnya (pendapatan imbal jasa atau fee based income) per 30 Juni 2015 naik 8,5% menjadi Rp1,1 triliun dibandingkan dengan Rp1,0 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Fokus Bank yang lebih tinggi pada advisory activities, asuransi, dan fee terkait kartu kredit memberikan kontribusi pada pendapatan fee yang lebih tinggi pada periode ini.
Tetapi, kondisi domestik yang penuh tantangan menyebabkan NPL Bank naik menjadi 3,48% (gross) dan 2,35% (net). Bank tetap berhati-hati dengan kualitas kredit sehubungan beberapa bisnis, terutama portofolio korporasi di Perbankan Global, masih terkena dampak perlambatan ekonomi dan pelemahan Rupiah. Sebagai tindakan antisipatif terhadap kondisi ekonomi saat ini dan memastikan praktek prudent banking, Bank telah membukukan biaya provisi sebesar Rp952 miliar pada Juni 2015 dibandingkan Rp703 miliar pada Juni 2014.
Anak Perusahaan BII
BII Finance mencatat pertumbuhan yang kuat pada pembiayaan konsumer (BII Finance saja) sebesar 37,3% menjadi Rp4,1 triliun pada Juni 2015 dari Rp3,0 triliun pada Juni 2014. Kualitas aset tetap terjaga dengan NPL kotor pada 0,33% dan NPL bersih pada 0,25%.
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM) juga tengah menghadapi iklim yang penuh tantangan meskipun total pembiayaan konsumer (WOM saja) naik 10,8% dari Rp4,1 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp4,6 triliun pada Juni 2015 sementara industri secara keseluruhan tengah mengalami penurunan. WOM juga fokus pada penerapan manajemen risiko yang prudent untuk memastikan kualitas aset yang baik. NPL kotor WOM turun dari 3,08% di Juni 2014 menjadi 2,91% di Juni 2015 serta NPL bersih tetap terjaga pada 1,5%. Manajemen akan melakukan manajemen biaya secara intensif dan upaya peningkatan produktivitas untuk meningkatkan hasil.
"Meskipun menghadapi kondisi ekonomi yang penuh tantangan, kami mampu mencatat hasil yang baik pada semester pertama 2015 dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu. Meskipun provisi terus mengkhawatirkan, kami terus menghasilkan kinerja operasional yang lebih baik pada enam bulan pertama tahun ini. Perbankan Ritel dan Perbankan Bisnis terus memberikan traksi positif, sementara kami mengurangi eksposur Korporasi pada beberapa industri yang terkena dampak dari kondisi pasar saat ini dan berfokus pada re-profiling portofolio kami. Kami secara intensif terus merestrukturisasi portofolio dan bekerja sama dengan nasabah untuk menghadapi iklim domestic yang penuh tantangan saat ini," ujar Presiden Direktur BII, Taswin Zakaria.
'Kami terus mencermati kondisi pasar yang penuh tantangan di sepanjang 2015 serta akan lebih selektif dalam meningkatkan portofolio Bank dengan menjalankan disiplin ketat pada pricing baik untuk pinjaman maupun likuiditas serta secara intensif melakukan upaya untuk memperbaiki produktivitas Bank. Kami juga akan terus menerapkan inisiatif manajemen biaya yang ketat, mengoptimalkan manfaat dari investasi kami dan memperbaiki efisiensi operasional secara keseluruhan," pungkas Presiden Direktur BII, Taswin Zakaria.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi
Tag Terkait:
Advertisement