WE Online, Balikpapan - Total E&P Indonesie (TEPI) telah menyelesaikan pekerjaan pengembangan anjungan di Lapangan Bekapai dan Peciko, Blok Mahakam, yang disebut Proyek Bekapai Fase 2B, lebih kurang 60 km timur laut Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Ini untuk meningkatkan produksi Lapangan Bekapai menjadi 92 MMSCFD untuk gas dan lebih dari 10.000 barel minyak per hari," kata Kepala Departemen Hubungan Media TEPI Kristanto Hartadi, Selasa (15/9/2015).
Upaya ini untuk mencapai produksi tahunan Total Indonesie sebanyak 1.7 BSCFD untuk gas dan 65.000 bopd untuk liquid (minyak dan kondensat).
MMSCFD adalah million metrik standard cubic feet per day atau juta metrik standar kaki kubik per hari. MMSCFD digunakan sebagai satuan menghitung gas. BSCFD adalah billion metrik standard cubic feet per day, atau miliar standar kaki kubik per hari.
Di balik penyelesaian proyek pengembangan tersebut, menurut Hartadi, terdapat sejumlah catatan yang membanggakan Total Indonesie. Pertama, proyek itu bisa diselesaikan tepat waktu dan tepat anggaran. Selama pengerjaan juga tidak ada kecelakaan kerja yang mengakibatkan kehilangan jam kerja.
"Ada 1,5 juta jam kerja yang dibuat oleh 570 orang yang berkerja di proyek ini dan semuanya selamat," ungkap Hartadi.
Lebih penting lagi, menurut Hartadi, seluruh pekerjaan pembuatan perangkat anjungan tersebut dilakukan di Kalimantan Timur.
Secara rinci, proyek Bekapai 2B adalah dua paket pekerjaan. Pertama yaitu pemasangan pipa berdiameter 12 inci di bawah laut sepanjang 12,6 kilometer dari anjungan BA di Lapangan Bekapai ke anjungan SWP-K di Lapangan Peciko. Pekerjaan ini selesai pada 25 Juli 2015, lebih cepat dari jadwal.
Paket kedua adalah modifikasi anjungan yang selesai pada 13 September lalu. Yang dimodifikasi adalah anjungan yang berisi banyak sumur dari anjungan-anjungan di Lapangan Bekapai (Bekapai Platforms (MWP), yaitu anjungan BA, BP, BG, dan BL serta anjungan SWP-K di Lapangan Peciko.
"Harap diketahui bahwa proyek pengembangan lapangan ini cukup kompleks sebab dikerjakan di atas fasilitas produksi yang telah berumur 35 tahun dan tetap beroperasi," jelas Hartadi.
Pekerjaan ini juga melibatkan 25 kapal laut berbendera Indonesia yang bekerja selama 222 hari di laut. Pekerjaan ini membutuhkan sekitar 400 ton material untuk pekerjaan modifikasi, 205 titik penyambungan (tie-in point), 27 pengangkatan kompleks di laut lepas (offshore complex liftings), dan 11 operasi simultan (SIMOPS) yang dilaksanakan pada anjungan yang tetap beroperasi. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement