WE Online, Jakarta - Inovasi sudah seperti barang dagangan on sale. Nilainya sudah didiskon. Siapa pun dapat memilikinya. "Inovasi untuk semua" adalah ungkapan penuh tipu daya. Para akademisi dan konsultan juga turut bertanggung jawab atas tergerusnya nilai inovasi. Pernyataan "Inovasi mudah, berangkat dari ide yang begitu banyak tersebar di sekitar kita" sungguh tidak membantu dalam berinovasi.
Kenyataannya justru sebaliknya. Inovasi adalah tidak mudah, butuh proses panjang penuh keringat untuk menjalaninya. Ide inovasi bisa saja banyak tersebar di sekitar kita, tetapi butuh penglihatan yang terlatih untuk mengidentifikasi ide yang tepat.
Pentingnya Strategi
Banyak perusahaan tidak melakukan inovasi atau gagal dalam berinovasi karena ketidakyakinan pelakunya akan kepentingan strategis dari inovasi. Inovasi adalah strategi perusahaan untuk mengamankan profitabilitasnya. Selanjutnya, keamanan profitabilitas diperlukan untuk keberlangsungan perusahaan. Itulah yang semestinya diyakini pelakunya. Inovasi adalah pekerjaan nyata, bukan sekadar polesan kosmetik agar perusahaan menjadi seolah bernilai terhadap sosial dan lingkungannya.
Silakan lihat penyiapan strategi perusahaan sampai rencana aksinya. Tidak dimungkiri, peningkatan net income merupakan kondisi yang diinginkan (desired state) dari setiap perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut, selanjutnya perusahaan akan menyiapkan strategi dan program aksi dengan tiga tema utama: operational excellence, customer relationship, innovation.
Tema operational excellence menjadi begitu penting ketika harga murah menjadi penentu utama keberhasilan dalam persaingan. Dalam kompetisi adu murah, pelakunya dituntut untuk dapat menekan biaya produksi. Perusahaan yang super efisien lewat produktivitas tinggi yang akan tetap bertahan dan sukses dalam persaingan.
Lewat strategi operational excellence ini, perusahaan akan mampu menurunkan biaya per pelanggan. Kondisi yang diinginkan juga bisa dicapai lewat strategi peningkatan kualitas customer relationship. Dari strategi ini, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per pelanggan. Dan, yang terakhir adalah strategi inovasi. Lewat inovasi-lah perusahaan akan terus bertumbuh; profitabilitas akan terus meningkat, dan keberlangsungan perusahaan akan lebih terjamin.
Dua strategi pertama menuntut kemampuan perusahaan dalam delivery. Lebih murah, lebih cepat, lebih berkualitas, lebih responsif, dan lebih-lebih lainnya menjadi target pencapaian dalam urusan delivery. Sementara itu, strategi inovasi membutuhkan kemampuan discovery dari perusahaan. Penemuan oportunitas inovasi untuk pasar yang sudah ada atau pasar yang baru mengharuskan perusahaan keluar dari rutinitas urusan delivery.
Keberhasilan dalam strategi operational excellence dan customer relationship akan menjamin status quo profitabilitas. Namun, keamanan profitabilitas berlaku sementara. Adanya pesaing yang menawarkan keunggulan proposisi nilai akan mengganggu status quo profitabilitas. Inovasi kemudian dilihat sebagai kendaraan perusahaan untuk menjelajahi pintu-pintu pembuka profitabilitas yang baru.
Model perencanaan mundur (backward planning) dalam menyiapkan strategi perusahaan merupakan bentuk kesederhanaan atas kompleksitas persoalan yang dihadapi perusahaan. Model ini memiliki perspektif preskriptif, dalam artian memberikan arahan yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Penyederhanaan dari kompleksitas tidak dilakukan secara gampangan.
Setiap pemangku kepentingan di perusahaan akan duduk bersama menyiapkan strategi sampai program aksi, berikut tingkat kepentingannya. Bagi perusahaan yang berada di samudra merah, begitu banyak pemain untuk memperebutkan margin yang makin kecil, oportunitas untuk pengurangan biaya akan makin sulit diperoleh. Peningkatan kualitas proses akan menjadi komoditas. Adu konsistensi dalam inovasi proses akan makin kejam buat pelakunya. Operational excellence menjadi persyaratan minimum untuk tetap bertahan dalam persaingan. Ketika ini terjadi, oportunitas untuk meningkatkan net income menjadi kecil.
Ketika program peningkatan kualitas proses tidak lagi signifikan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka perusahaan mencoba menawarkan diferensiasi dalam bentuk lainnya. Lewat strategi peningkatan hubungan perusahaan-pelanggan. Strategi ini tentunya efektif jika masyarakat pengguna memang mengapresiasi diferensiasi layanan.
Operational excellence dan customer relationship adalah dua tema strategis yang umum dijalankan perusahaan. Ketika keduanya sudah tidak lagi efektif meningkatkan profitabilitas perusahaan, strategi inovasi kemudian menjadi pilihan.
Apa yang Diinovasi?
Kepentingan strategis dari inovasi sudah diyakini oleh para pemimpin perusahaan. Tidak ada pemimpin perusahaan yang menyangkalnya. Selanjutnya perusahaan tinggal memilih bentuk inovasi apa yang tepat buat mereka. Ketika produk (barang dan jasa) yang ditawarkan masih dianggap tepat, perusahaan akan memilih inovasi proses, baik dalam memproduksi barang maupun dalam melayani pelanggan. Namun, ketika kedua bentuk inovasi tersebut tidak lagi mampu meningkatkan profitabilitas, perusahaan akan mencari terobosan untuk dapat menciptakan aliran revenue baru. Inovasi produk bisa menjadi pilihan. Tentunya penciptaan revenue baru dari produk baru tetap harus diikuti dengan efisiensi proses produksi dan kualitas proses layanan yang tinggi.
Hal yang perlu diperhatikan, untuk mendapatkan hasil gemilang, inovasi produk dan proses bukanlah peristiwa yang mutually exclusive, dalam artian jika inovasi produk yang dipilih, maka inovasi proses ditiadakan, atau sebaliknya. Keduanya dapat dijalankan sekaligus. Inovasi produk menawarkan fungsionalitas dan kemaknaan kepada penggunanya. Inovasi produk yang hebat akan mampu menjual dirinya sendiri. Inovasi proses akan menjamin profitabilitas perusahaan.
Perusahaan inovatif kelas dunia terbukti berhasil melakukan keduanya. Ketika perusahaan menginisiasi inovasi produk, pada saat itulah perusahaan juga memikirkan semua proses untuk penciptaan profit. Itulah sejatinya inovasi yang harus dilakukan oleh perusahaan. Inovasi adalah tentang penciptaan profit. Sesederhana itu. Tapi ingat, sederhana bukan berarti gampangan!
Sumber: Majalah Warta Ekonomi Edisi 18
Penulis: Ade Febransyah, Ketua Center for Innovation Opportunities and Development, Prasetiya Mulya Business School
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement