Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sukses Garap 'Grey Market', Pendapatan Chanel di China Meningkat

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Chanel, merek mewah terbesar kedua di dunia, mengatakan pada hari Senin bahwa upaya untuk mengendalikan pasar abu-abu (grey market) telah berhasil, bahkan telah membantu meningkatkan pendapatan di China, meskipun melemahnya permintaan keseluruhan untuk barang-barang mewah.

Pasar abu-abu adalah sebuah bagian dari pasar modal yang tidak diatur atau tidak di bawah pengawasan pemerintah. Pasar abu-abu ini dipenuhi oleh serangkaian produk yang sangat beragam, mulai dari produk elektronik sampai produk kosmetik.

Perusahaan telah memperkecil kesenjangan harga antara Amerika Serikat, Eropa dan Asia pada tahun lalu untuk mencegah penyelundup membeli barang dalam satu wilayah untuk dijual kembali di pasar abu-abu.

"Kami mengurangi cukup banyak pasar paralel, terutama di Asia. Butik kami di China telah mengalami pertumbuhan dua digit," kata Bruno Pavlovsky, Presiden Chanel Fashion, dalam sebuah wawancara di Havana, seperti dikutip dari laman Channel NewsAsia di Jakarta, Selasa (3/5/2016).

Chanel meluncurkan koleksi Cruise terbaru di Havana pada hari Selasa, di acara fashion show besar pertama Kuba sejak revolusi tahun 1959.

Meskipun berhasil dalam mengendalikan penjualan pasar abu-abu, perusahaan swasta ini memprediksi pertumbuhan penjualan akan melambat tahun ini, kata Pavlovsky kepada Reuters di Teatro Marti, Havana, namun ia menolak untuk mengungkapkan angka

Dia mencatat bahwa Chanel memiliki keseluruhan tim yang lengkap, termasuk pengacara eksternal, yang memantau pasar sekunder.

Industri barang mewah telah terganggu dalam beberapa bulan terakhir karena penurunan kunjungan wisata global akibat serangan teroris baru-baru ini, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di China, dan jatuhnya harga minyak yang telah menurunkan daya beli pembeli barang-barang mewah dari Rusia dan Timur Tengah.

Pada bulan April, pemimpin industri LVMH mengatakan bahwa penjualan fashion dan barang-barang kulit berjalan stagnan, sementara Hermes mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan melambat pada kuartal pertama. Namun Chanel melihat pertumbuhan yang solid di Amerika Serikat, beberapa bagian Eropa seperti Inggris dan Rusia, serta China, Jepang dan Korea.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: