Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sukses Mengelola Lahan Gambut di Sarawak

        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tropical Peat Research Laboratory Unit/TPRL merupakan lembaga yang mengembangkan pengetahuan ilmiah dan informasi untuk memahami konservasi, pengelolaan, dan pembangunan berkelanjutan pada lahan gambut tropis.

        Dr. Lulie Melling adalah sosok yang berperan penting di TPRL. Ia tengah menjabatDirector of TPRL. Penelitian tentang lahan gambut sudah sejak lama dilakukan oleh Lulie. Ia lebih dari 25 tahun mendalami gambut. Hingga menemukan metode untuk mengelola gambut dengan baik dan meruntuhkan pandangan tentang gambut yang dituding sebagai sumber kebakaran. ?Kami melakukan program water management dan compacting di lahan gambut. Hasilnya mengejutkan, karena kadar CO2-nya lebih rendah daripada hutan. Dunia terkejut, karena pada 2006 sampai 2007, kadar CO2-nya lebih tinggi ketimbang hutan,? kata Lulie.

        Sarawak adalah wilayah yang relatif baru dalam mengembangkan kelapa sawit. Sarawak merupakan pemain baru di bidang kelapa sawit. Luasnya pun hanya 200.000 hektare, sementara di Semenanjung ada 400.000 hektare. Negara bagian ini, tanpa pengembangan lahan gambut, mungkin tidak akan berkembang sebaik sekarang. Menurut Lulie, minyak sawit-lah yang membuat Sarawak hidup. ?Pada awalnya, Pemerintah Federal ingin melakukan moratorium perkebunan kelapa sawit di Malaysia,? ujar Lulie kepada Warta Ekonomi. Namun, moratorium tidak dilakukan karena ternyata lahan sawit dapat dikembangkan dengan hasil yang menggembirakan bagi lingkungan maupun bisnis.

        Lembaga ini dibiayai oleh Pemerintah Federal Malaysia dan Pemerintah Negara Bagian Sarawak.Dana dari Pemerintah Federal sebesar RM16 juta untuk lima tahun, terhitung sejak 2008. ?Jadi, sekitar RM3 juta per tahun,? ujar Lulie. Gaji juga dibayar oleh Pemerintah Negara Bagian Sarawak. Selain itu, lembaga ini juga mendapatkan dana riset sebesar RM1 juta per tahun. Dan sekarang, kata Lulie, pihaknya tengah mengajukan dana lagi kepada pemerintah. Selain sokongan dana dari pemerintah, TPRL juga memperoleh bantuan lain yaitu beasiswa dari berbagai pihak, seperti beasiswa dari Hokkaido University, Nagoya University, dan lain-lain.

        Sosok Lulie adalah tokoh penting dalam pengembangan gambut di Sarawak. Ia memperoleh gelar bachelor dalam bidang science dari University of Malaya pada 1990. Kemudian Master of Agriculture Science in Soil Science dari University of Reading, Inggris, pada 1997. Terakhir, dia mendapatkan gelar Ph.D. dari Hokkaido University, Jepang, pada 2005. Wanita ini memulai karirnya sebagai officer riset sekaligus surveyor pada Departemen Pertanian Malaysia pada 1991. Sejak awal, dia memang mempunyai ketertarikan yang dalam untuk mempelajari tanah gambut tropis. Setelah berjuang keras, Lulie akhirnya berhasil mendirikan TPRL, yang kini ada di bawah Departemen Pertanian.

        Sebagai ilmuwan, Lulie telah memimpin lebih dari 20 proyek riset tanah gambut dengan sejumlah besar publikasi dalam jurnal-jurnal ternama dan laporan-laporan jurnal global, serta memelopori publikasi gas rumah kaca dari tanah gambut tropis. Dia juga dikenal sebagai pakar kelas dan konsultan tanah gambut untuk berbagai organisasi internasional. Lulie kini aktif sebagai anggota Malaysian Soil Science Society, Malaysian Peat Society (MPS), International Peat Society (IPS), dan International Union of Soil Science (IUSS).

        Lulie sebagai ilmuwan maupun periset tak membuatnya kaku dalam berkomunikasi. Ini contoh Lulie ?mengakali? topik yangberat menjadi ringan dan mudah dipahami. Dengan bahasan dan pilihan kata yang mudah diasosiasikan membuat orang memahami lahan gambut lebih mudah. ?Melalui bahasa mereka, saya bisa membuat mereka mengerti bagaimana cara mengelola tanah gambut dan tetap membuatnya produktif,? tandas Lulie.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhamad Ihsan
        Editor: Arif Hatta

        Bagikan Artikel: