Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IMF Setuju Beri Pinjaman ke Mesir US$12 Miliar

        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Badan Moneter Internasional (IMF) setuju memberi pinjaman kepada Mesir sebesar US$ 12 miliar. Pinjaman tersebut diberikan IMF guna membantu Mesir memulihkan ekonominya pasca kerusuhan yang terjadi beberapa tahun ini.

        Berdasarkan kesepakatan yang dirilis oleh IMF, Mesir akan menerima pinjaman darurat selama tiga tahun ke depan. Meski demikian, pinjaman ini masih menunggu persetujuan dari dewan eksekutif IMF.

        Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyatakan ingin mendorong reformasi ekonomi di negaranya. Panglima militer Mesir yang naik takhta pada tahun 2014 tersebut mengatakan bahwa langkah reformasi ekonomi sangat diperlukan guna memacu kembali perekonomian Mesir usai gejolak Arab Springs.

        IMF mengatakan pinjaman tersebut merupakan dukungan bagi program reformasi pemerintah, diantaranya menstabilkan mata uang Mesir, mengurangi defisit anggaran dan utang pemerintah, sekaligus mendorong angka pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja.

        Langkah-langkah terencana pemerintah Mesir juga akan mencakup kenaikan pajak dan pemangkasan subsidi energi. Awal pekan ini Mesir mengatakan akan menaikkan harga listrik hingga sedikitnya 25 persen dari harga saat ini, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menghapus seluruh subsidi selambat-lambatnya pada tahun 2019.

        "Mesir adalah negara yang kuat dengan potensi besar, tetapi memiliki beberapa masalah yang harus segera diperbaiki," ujar Kepala Misi IMF di Kairo, Chris Jarvis dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari laman CNN di Jakarta, Selasa (16/8/2016).

        Pada bulan lalu, Moody?s memperingatkan bahwa defisit neraca berjalan Mesir sudah mencapai rekor 6,7 persen dari PDB di kuartal pertama. Itu artinya, negara dengan jumlah penduduk terbanyak di timur tengah tersebut akan sangat bergantung pada dana asing untuk terus berjalan.

        Hanya saja likuiditas mulai menipis, sementara bank sentral sudah menggunakan sebagian cadangan devisanya. Posisi cadangan devisa Mesir saat ini anjlok ke level US$ 15,5 miliar pada Juli atau turun dari level US$ 37 miliar sebelum revolusi 2011.

        "Kesepakatan dengan IMF membuat prospek pertumbuhan jangka pendek Mesir semakin membaik," jelas William Jackson, senior emerging markets economics Capital Economics.

        Di luar dari guncangan tersebut, IMF masih memprediksi pertumbuhan ekonomi Mesir akan tumbuh sebesar 3,3 persen pada tahun ini dan 4,3 persen pada tahun depan. Pada Juli lalu, tingkat inflasi Mesir mencapai 14 persen.

        Perekonomian Mesir mengalami guncangan sejak pergolakan tahun 2011 yang menggulingkan Husni Mubarak, diwarnai dengan tingginya inflasi dan kelangkaan mata uang asing, serta anjloknya investasi. Yang lebih buruk lagi, serangan teror dan kecelakaan pesawat membuat industri pariwisata Mesir menjadi lumpuh.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: