Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh menargetkan mampu menjadi daerah sentra produksi Crude Palm Oil (CPO) untuk kawasan barat selatan Aceh dengan ketersediaan bahan baku di daerah itu.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Aceh Barat Said Mahjali, di Meulaboh, Minggu, mengatakan, upaya tersebut dirintis melalui program-program pengembangan perluasan perkebunan sawit rakyat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.
"Kami menargetkan Aceh Barat menjadi pusat produksi CPO dari hasil perkebunan kelapa sawit untuk barat selatan Aceh, apalagi daerah kita ada perusahaan pengolah CPO. Pemkab terus membangun perkebunan sawit rakyat," sebutnya.
Dia menjelaskan, saat ini sedang dilakukan pembangunan perkebunan sawit rakyat melalui dana APBK seluas 60 hektare dan dana APBA sekitar 500 hektare pada beberapa kecamatan yang selama ini menjadi sentra produksi tandan buah segar (TBS) sawit.
Saat ini ada beberapa perusahaan besar di daerah itu yang mengelola Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan sawit sekaligus sebagai perusahaan memproduksi minyak mentah atau CPO, sehingga stabilisasi harga cenderung memihak kepada masyarakat petani.
Hanya saja yang menjadi persoalan selama ini kata dia, harga sawit sangat ditentukan oleh harga minyak dunia yang berdampak sampai kelevel terendah yakni masyarakat sebagai petani, namun semua itu dapat ditanggulangi apabila luasan lahan perkebunan masyarakat mencapai skala ekonomi.
"Dari sisi anggaran kami melihat juga mendukung, bahkan dari APBA juga melirik kawasan Aceh Barat tepat untuk pengembangan kebun sawit. Dengan bertambahnya kebun sawit tentu akan menambah bahan baku olahan CPO untuk perusahaan," jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, kondis saat ini daya beli TBS petani sedikit rendah karena ulah spekulasi harga oleh penampung lokal atau yang lebih dikenal pengumpul keliling yang membeli sawit petani dengan harga terkadang tidak sesuai.
Sebab itu juga Dishutbun Aceh Barat telah menjadwalkan untuk kegiatan pelatihan bimbingan teknis khusus kepada agen pengumpul TBS petani pada Selasa (27/9) karena harga sawit petani sangat ditentukan oleh kejujuran dari pekerja-pekerja tersebut.
Said Mahjali menyebutkan, terhadap program jangka panjang yang dicetuskan Pemkab Aceh Barat terhadap pengembangan kebun sawit menjadi sentra produksi sawit itu diharapkan dapat membangun perekonomian masyarakat regional dan nasional.
"Aceh Barat terbuka menerima investor, terutama dalam pengolahan bahan baku CPO menjadi produk jadi seperti pabrik minyak goreng. Persoalan bahan baku kami pikir cukup, apalagi ada pembangunan kebun sawit berkelanjutan," imbuhnya.
Said Mahjali menambahkan, pembangunan perkebunan sawit rakyat yang sedang dilakukan saat ini diperkirakan telah terealisasi 40 persen dari target perluasan, pemda membantu menyalurkan bibit, bahkan ada program sampai pembiayaan perawatan.
Dalam upaya stabilisasi harga Pemkab Aceh Barat akan terus mendorong peran semua pihak dalam mengontrol fluktuasi harga sampai ke petani, untuk mewujudkan standarisasi harga TBS ditingkat penampung lokal akan dipikirkan.
Program pengembangan perkebunan sawit tersebut juga dengan tidak mengabaikan terlaksana program-program sektor perkebunan lain seperti karet, kakau dan sebagainya, bahkan tetap menjaga batas-batas tertentu agar tidak terjadi alih fungsi lahan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat