Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Bank Indonesia (BI) berharap industri manufaktur dapat berjaya seperti tahun 1990-an atau sebelum krisis moneter melanda di tahun 1998. Sampai saat ini pertumbuhan industri manufaktur Indonesia selalu di bawah angka pertumbuhan ekonomi secara nasional (PDB), padahal dulu industri manufaktur tumbuh selalu diatas pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi yang mencapai 30% terhadap PDB.
?Kepala Grup Riset Ekonomi Direktorat Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia Yoga Affandi?mengungkapkan untuk membawa Indonesia keluar dari middle income trap, pertumbuhan industri manufaktur harus lebih ditingkatkan.
"Karena dengan industri manufaktur itu akan banyak menyerap tenaga kerja, jadi kesejahteraan masyarakat meningkat, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih berkualitas," kata? Yoga di Surabaya, Kamis (24/11/2016).
Yoga mengungkapkan DNA Indonesia sebenarnya adalah negara yang memiliki sumber pertumbuhan dari industri manufaktur, bukan dari industri pertambangan. Hanya saja diakuinya, saat terjadi comodity booming, industri manufaktur sedikit terlupakan.
Menurutnya, masih ada kesempatan bagi Indonesia untuk kembali membangkitkan industri manufaktur demi keluar dari midle income trap tersebut. Terlebih, Indonesia saat ini memiliki bonus demografi.
"Bonus demografi yang dimiliki Indonesia ini kita perkirakan akan mulai habis sekitar tahun 2030, jadi kita masih ada waktu 15 tahun untuk melakukan ini, itu saya pikir masih cukup," terang dia.
Untuk diketahui, pertumbuhan industri manufaktur Indonesia pada kuartal III 2016 hanya sebesar 4,6 persen dengan memiliki kontribusi terhadap PDB 19 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: