Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pengadaan Antidifteri Serum Sudah Langka di Indonesia

        Pengadaan Antidifteri Serum Sudah Langka di Indonesia Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Medan -

        Saat ini, antidifteri serum (ADS) untuk mengobati penyakit difteri sangat langka di Indonesia. Hanya tersisa 50 serum di Kementerian Kesehatan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Sumut), N.G Hikmet, Jumat (3/2/2017).

        Menurutnya, kelangkaan ini disebabkan karena penyakit yang disebabkan bakteri corynebacterium diphtheriae sudah sangat jarang kasusnya terjadi di Indonesia.? "Penyakit difteri sudah hampir tidak ada. Tiba-tiba muncul beberapa tahun lalu di Surabaya. Terakhir dua anak asal Aceh dan dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat? (RSUP) Haji Adam Malik," katanya.

        Penyakit yang diawali gejala demam dan susah menelan ini kerap terjadi di tahun 80an. Menurutnya, karena penyakitnya sudah langka, permintaan serum pun hanya sedikit.? "Serum itu hanya ada di Norwegia. Saat ini, pengadaannya juga sulit. Beberapa pabrik di Indonesia sudah tidak memproduksi lagi. Mau kita adakan pun masih sulit," ujarnya.

        Harga ADS juga sangat mahal karena asalnya dari luar negeri. Jika diadakan dan bekerja sama dengan pabrik serum di Indonesia, akan kesulitan karena mahalnya biaya produksi dan masalah konsistensi. "ADS berbeda dengan vaksinasi DPT. Serum ini sangat diperlukan dan harus diberikan ketika pasien memang sudah terinfeksi difteri. Kalau vaksin DPT masih rutin diberikan pemerintah," katanya.

        Kepala Sub Bagian Humas RSUP H Adam Malik Medan, Masahadat Ginting menambahkan difteri sudah jarang terjadi di Indonesia. Kasusnya sering menginfeksi masyarakat di era 80an. Pihaknya baru kali ini menangani penyakit tersebut. "Dua pasien difteri yang dirawat di RSUP H Adam Malik pun bukan warga Sumut. Penyakit ini kembali lagi muncul setelah sebelumnya terjadi di Surabaya," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: