PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan sebesar?Rp956 miliar pada kuartal I-2017. Adapun, perseroan membukukan EBITDA sebesar Rp828 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2017 tersebut.
"Jika triwulan pertama ini disetahunkan (first quarter 2017 results on an annualized basis) maka total pendapatan dan EBITDA perseroan mencapai Rp3.824 miliar dan Rp3.312 miliar," kata?CEO TBIG Hardi Wijaya Liong dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (13/5/2017).
Hardi Wijaya mengatakan bahwa pada kuartal pertama tahun 2017 pihaknya bertumbuh secara organik sebanyak 1.020 penyewaan yang terdiri dari 336 sites telekomunikasi dan 684 kolokasi. Pertumbuhan ini berhasil meningkatkan rasio kolokasi menjadi 1,66x.
"Sejak tahun 2013, kami telah membangun lebih dari 6.000 menara baru secara organik atas pesanan dari pelanggan kami. Seiring dengan keputusan pelanggan kami untuk mendensifikasi jaringan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan data, kami mulai melihat adanya kenaikan signifikan pada pesanan kolokasi," ujarnya.
TBIG memiliki 21.506 penyewaan dan 12.946 sites telekomunikasi per 31 Maret 2017. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 12.874 menara telekomunikasi dan 72 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 21.434 maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,66.
Per 31 Maret 2017, total pinjaman kotor (gross debt) perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya adalah sebesar Rp17.067 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp9.411miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp225 miliar maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp16.842 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp9.186 miliar.
Menggunakan EBITDA kuartal pertama 2017 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,8x dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 5.1x.
Adapun, CFO TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan pertumbuhan pendapatan perseroan pada kuartal I-2017 dibandingkan dengan kuartal IV-2016 ini tidak sekuat penambahan penyewaan yang disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sebagian pendapatan Telkom Flexi masih diakui di kuartal IV sampai Telkom membayar lebih awal penyewaan yang tersisa.
"Pendapatan Telkom sudah tidak diakui lagi sekarang," sebutnya.
Kedua, sebagian besar dari penambahan 1.000 lebih penyewaan perseroan baru masuk di akhir kuartal I dan pendapatan ini akan diakui di kuartal II. Meskipun dengan belanja modal yang dikeluarkan untuk membiayai peningkatan?pertumbuhan organik, leverage perseroan?tetap konstan di kuartal ini.
"Hal ini merefleksikan arus kas yang kuat dari bisnis ini. Per akhir Maret ini, kami memiliki US$420 juta komitmen dari bank yang dapat diakses kapanpun yang dapat menunjang pertumbuhan secara organik maupun non-organik,"?pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo