Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Komoditas Ternate Bergantung di Luar Daerah

        Harga Komoditas Ternate Bergantung di Luar Daerah Kredit Foto: Mongabay.co.id
        Warta Ekonomi, Ternate -

        Harga komoditas unggulan, antara lain pala dan cengkeh di Ternate, Maluku Utara (Malut) selalu fluktuatif, karena mata dagangan itu memiliki ketergantuang dari daerah-daerah sekitarnya.

        "Kota Ternate memang bergantung pada sejumlah daerah, seperti Halmahera Barat, Halmahera Timur, Taliabu dan daerah lainnya, sehingga mempengaruhi harga, untuk jenis komoditas ini selalu mengalami penurunan, apalagi musim panen itu sering terjadi dan kebanyakan para pengumpul selalu beralasan karena dipengaruhi harga dari Surabaya atau Makassar," kata Kepala Bidang Perdagang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Ternate, Chairul Saleh Arief di Ternate, Minggu (6/8/2017).

        Ia mengatakan, berdasarkan harga di pasaran, hanya komoditas yang mengalami penurunan harga untuk hasil perkebunan yakni fuli pala dari harga sebelumnya minggu lalu sebesar Rp125 ribu turun menjadi Rp122 ribu per kg atau mengalami penurunan sebanyak -2,40 persen dan cengkeh yang dari harga minggu lalu sekitar Rp110 ribu dan pada minggu ini turun menjadi Rp106 ribu per kg atau mengalami penurunan berkisar -3,64 persen.

        Sedangkan untuk harga komoditas yang lain masih tetab stabil diharga yang sama, yakni biji pala diharga Rp6 ribu per kg, kakao atau coklat sebesar Rp20 ribu per kg, kopra sebesar Rp8.500 per kg, kelapa buah Rp4 ribu per buah, dan kayu manis yang perikat di harga Rp5 ribu.

        Namun, saat ini akan dilakukan kerja sama dengan instansi terkait, di antaranya Dinas Pertanian Kota Ternate, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Asosiasi Masyarakat Pelindung Petani Cengkeh (AMPPC) dan juga akan membahas apa-apa saja yang mempengaruhi sampai, sehingga terjadi fluktuatif harga.

        Chairul mengaku, sejauh ini selalu ada tekanan dari pengungpul misalnya pada saat panen tiba, sehingga harga komoditasnya bisa anjlok. Oleh karena itu, ke depannya masalah seperti itu harus diatasi mengenai fluktuasi harga seperti ini dan juga harus menutupi lubang yang dapat membuat harga turun dengan signifikan.

        "Kami rencanakan akan menciptakan pasar baru, dalam hal ini BUMD akan dilibatkan untuk menampung hasil bumi langsung dari masyarakat sebagaimana isu yang dibangun ketika AMPPC, serta meminta agar BUMD menyiapkan anggaran bersama-sama, apalagi saat ini BUMD memiliki lebel yaang dapat menjual langsung," ujarnya.

        Dengan adanya BUMD, kerja sama dapat dilakukan dengan perusahan-perusahan yang cukup besar, seperti bekerja sama langsung dengan PT Gudang Garam atau PT Djarum untuk dapat menjualnya langsung ke sana tanpa perantara lagi. (RKA/Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

        Bagikan Artikel: