Ribuan penentang berunjuk rasa pada Sabtu (14/10/2017) menuntut adanya sebuah tindakan terhadap Perdana Menteri Najib Razak atas salah urus miliaran dolar dari dana negara.
Demonstran Malaysia memakai skandal 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB) untuk menarik sebanyak mungkin pemilih guna melawan Najib, yang dapat mengadakan pemilihan umum kapan pun sejak sekarang hingga pertengahan tahun depan.
PM Najib sejauh ini mampu mengatasi skandal itu, menggalang kekuasaan dengan menekan pembangkang dan membatasi media serta pegiat, bahkan saat dirinya menghadapi tantangan sengit dari mantan pembinanya, Mahathir Mohamad.
Namun, kenaikan biaya hidup dan pajak konsumsi berbasis luas membuat orang, seperti, Hasmurni Tamby, ibu lima anak berusia 42 tahun, muak dengan berbagai hal di bawah Najib.
"Harga apa pun naik tapi gaji kita tidak. Kami tidak bisa menabung. Jadi, kami tidak menginginkan pemimpin ini lagi," kata Hasmurni, yang melakukan perjalanan beberapa jam ke utara dari negara bagian asalnya, Malaka, untuk menghadiri unjuk rasa malam itu.
Unjuk rasa pada Sabtu itu disebut sebagai akhir dua bulan perjalanan menumpas kleptokrasi, yang diprakarsai oposisi gabungan Pakatan Harapan (PH) untuk meyakinkan sebagian besar pemilih Melayu-Muslim di daerah medan perang pedesaan bahwa negara tersebut menderita akibat penanganan Najib atas 1MDB.
Ketenaran Najib anjlok akibat kesinambungan tekanan terkait 1MDB, terutama sesudah Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengajukan tuntutan perdata untuk menemukan lebih dari 1,7 miliar dolar (17 triliun rupiah lebih), yang diduga disalahgunakan dari dana 1MDB. Tapi peningkatan perekonomian dan penguatan mata uang ringgit menguntungkan Najib.
Perdana menteri itu diperkirakan mengumumkan banyak prakarsa merakyat pada akhir bulan ini saat ia memaparkan anggaran terakhir sebelum pemilihan umum. Beberapa bulan sebelumnya, ia mengumumkan perumahan dan bantuan tunai senilai miliaran bagi masyarakat Melayu.
Adapun, Mahathir yang melihat melalui industrialisasi Malaysia sebagai perdana menteri terlama, memperingatkan bahwa kebaikan tidak akan terjadi dengan membiarkan mantan anak didiknya itu terus memerintah.
"Kita belum pernah mempunyai perdana menteri pencuri. Ia mencuri, sehingga bisa hidup nyaman," imbuh Mahathir kepada kerumunan saat menyampaikan pidato akhir pada malam itu.
"Kita perlu menurunkan penguasa pencuri di negara kita. Nasib Najib ada di tangan kita. Kita bisa menyingkirkannya, hanya dengan memilih PH," pungkas mantan perdana menteri tersebut. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: